Pembubaran BP Migas Terkait Pemilu 2014?
video tersebut menunjukkan adanya pernyataan Priyono yang menyiratkan adanya konspirasi soal pembubaran BP Migas setahun silam
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persis setahun pasca-Mahkamah Konstitusi membubarkan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS), Selasa, (13/11/2012) silam, Tribunnews.com menerima kiriman link sebuah video dari situs YouTube berjudul BPMIGAS RIP.
Link dikirimkan seorang sumber yang enggan diungkap identitasnya, Rabu (13/11/2013). Disebutkan, pengiriman link video ini dimaksudkan sebagai refleksi satu tahun pembubaran BPMIGAS sekaligus melukiskan sirat konspirasi di balik pembubaran BPMIGAS saat itu. Sumber juga menyertakan sejumlah penjelasan terkait konten video.
Video ini dikatakan 'terlupakan' dan 'luput' dari pemberitaan. Padahal, kata sumber, video berisi pidato terakhir dari Kepala BPMIGAS saat itu, Raden Priyono dihadapan para karyawan BPMIGAS yang secara samar menggambarkan skenario besar pembubaran lembaga itu.
Saat tulisan ini dibuat, video memang hanya tayang sebanyak 710 kali sejak diunggah pada 23 November 2012 silam atau 10 hari setelah bubarnya lembaga yang kini berganti menjadi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Sumber menyebut, isi pidato itu mencerminkan betapa Priyono secara halus menyebut BPMIGAS bubar karena faktor politis, terlebih terkait agenda Pemilihan umum pada 2014 mendatang.
Video berdurasi 12 menit 17 detik itu dimulai oleh narasi yang bertuliskan,
"Atas nama NASIONALISME hidup kita masing-masing menorehkan sejarah dalam perjalanan panjang sebuah negara dan bangsa yang bernama Indonesia.
Berapa besar harga nasionalismemu? Ambilah AQUA-Danone, reguk dan nikmatilah... Itulah harga sebuah nasionalisme...".
Sumber menjelaskan narasi itu bermakna, nasionalisme kerap didengung-dengungkan sebagai landasan bergerak tiap pihak di Indonesia. Dan pembubaran BPMigas disuarakan dan didengung-dengungkan berlandaskan nasionalisme yang tinggi. Bahwa, katanya, tergaung apa yang dilakukan banyak pihak di Indonesia dalam pengolahan sumber daya ditujukan untuk kemaslahatan negara, rakyat, dan bangsa di atas kata nasionalisme.
Jika berbicara soal nasionalisme, contoh yang paling sederhana adalah konsumsi produk air minum kemasan. Pasal 33 ayat 3 UUD 45 secara jelas dan nyata, disebutkan air harus dikuasai negara. Namun yang terjadi, secara komersial air kemasan dikuasai oleh asing dan MK tidak berbuat apapun untuk menegakkan nasionalisme di bidang air ini.
Pasal 33 ayat 3 UUD 45 menyatakan, "Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Sumber juga menyebut, perumpamaan itu juga mengilustrasikan murahnya harga sebuah nasionalisme karena dengan uang ribuan rupiah, air yang semestinya dikuasai negara- terjual ke pihak asing. Lewat pembelian air kemasan tersebut, kata sumber, maka uang mengalir ke luar negeri -Prancis- sebagai negara tempat perusahaan itu bernaung.
"Itu air, bagaimana dengan minyak dan gas bumi?" tulis sumber.
Narasi berikut dari video memunculkan peribahasa dalam bahasa latin beserta artinya. Narasi itu bertuliskan, "Humana vita est alea, in qua vincere tam fortuitum quam necesse perdere - Hidup manusia itu seperti permainan dadu, dimana kemenangan itu menjadi sebuah kebetulan, dan kekalahan menjadi sebuah keharusan".
Secara lugas, sumber mengatakan frase itu menjelaskan bahwa pembubaran BPMigas adalah sebuah grand design dari sebuah konspirasi yang paling jahat yang pernah terjadi di Indonesia. Dengan menggunakan tangan Mahkamah Konstitusi yang menyuarakan nasionalisme dan inkonstitusional UU Migas, BPMigas dibubarkan.