Pembubaran BP Migas Terkait Pemilu 2014?
video tersebut menunjukkan adanya pernyataan Priyono yang menyiratkan adanya konspirasi soal pembubaran BP Migas setahun silam
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
“Keberhasilan dalam pembubaran BPMigas adalah sebuah kebetulan. Kemenangan para pihak yang berkonspirasi dalam membubarkan BPMigas adalah sebuah kebetulan. Dan terbukti, setahun kemudian apa yang dinamakan kebetulan menjadi sebuah kehancuran besar sebuah bangsa,” ujar sumber tersebut.
Sumber menyatakan, pada akhirnya, sejumlah pihak yang sukses membubarkan lembaga itu, justru terbelit masalah-masalah hukum yang terjadi belakangan. Tak dijelaskan secara rinci pihak-pihak mana yang sumber maksudkan. Diawali tangkap tangan Kepala SKKMigas Rudi Rubiandini, kasus pembubaran BPMigas harusnya dilihat lagi . Dan kemudian MK terlibat masalah sangat besar dengan tertangkaptangannya Akil Mochtar sebagai Ketua MK menggantikan Mahfud MD.
Video berlanjut pada kalimat yang bertuliskan, "BPMIGAS harus dibubarkan karena bertentangan dengan UUD '45. Usia BPMIGAS barulah 10 tahun, sementara usia migas Indonesia sudah 67 tahun dari titik kemerdekaan. Dimanakah kemakmuran migas Indonesia selama 57 tahun? Selama 57 tahun sebelum BPMIGAS?"
Secara terang, sumber menyebut justru BPMIGAS merupakan lembaga produk reformasi yang mengkritisi pengelolaan migas Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Pertamina. Pada masa di bawah pengelolaan BUMN itu, lanjut sumber, justru terbukti banyak penyimpangan yang terjadi dalam pengelolaan migas.
Pada dua narasi tadi di video, juga muncul backsound lagu berjudul 'I'll Stand By You" yang dibawakan grup musik 'The Pretenders'. Lagu itu populer pada tahun 1994 silam. Secara umum, lagu itu mengisahkan soal dukungan dan kesetiaan seseorang terhadap orang yang tengah dilanda masalah berat.
Soal lagu itu, sumber menyebut itu sebagai bentuk dukungan moril R Priyono terhadap para pegawainya yang resah gelisah karena pembubaran BPMigas dan tidak tahu apa yang terjadi masa depan. Priyono adalah korban konspirasi pembubaran BPMigas oleh para pihak yang mengusung jargon nasionalisme dalam melakukan aksinya meski sebenarnya ingin menguasai migas Indonesia.
Secara khusus, sumber juga menjabarkan, judical review yang diajukan atas UU Migas No 22 Tahun 2001 berujung pada keputusan MK yang menyatakan BPMIGAS merupakan lembaga yang inkonstitusional.
"Tapi justru menjadi pertanyaan, mana yang inkonstitusional? UU-nya kah, BPMIGAS-nya kah, atau malah Priyono-nya? Kalau UU-nya yang bermasalah, seharusnya, BPH Migas yang belandaskan UU yang sama dengan BPMIGAS, seharusnya juga dibubarkan. Jika BPMIGAS-nya yang bermasalah, lalu diganti SKK MIGAS, kemana pimpinannya yang dulu? Kenapa harus berganti baru? Jika Priyono yang bermasalah, kenapa BPMIGAS harus dibubarkan?" tulis sumber.
Pada narasi berikutnya, hadir tulisan "Orang bijak mengatakan: "..kebohongan yang diceritakan berulang-ulang akan menjadi sebuah kebenaran..". Sumber menyebut kalimat ini dimaksudkan betapa pihak yang ingin membubarkan BPMIGAS menggembar-gemborkan BPMIGAS berpihak pada asing. Check apa yang dikatakan para saksi ahli yang dipilih oleh Mahkamah Konstitusi dan siapa mereka ?
Sampaian-sampaian itu diulang di berbagai kesempatan. Secara tegas, sumber menyebut, kalimat ini ditujukan pada sejumlah pengamat per-migas-an yang menghendaki bubarnya BPMIGAS. Bahkan, kata sumber, sejumlah pakar itu menjadi saksi ahli dalam pada persidangan judicial review UU Migas, setahun silam.
Video dilanjutkan pada tulisan yang menyebut, "Lalu? Tak ada sebuah lembagapun yang dapat menentukan masa depan migas Indonesia! Kecuali rakyat, wartawan, dan pegawai eks-BPMIGAS sendiri. Merekalah yang sebenarnya penentu, apakah dan kemana migas Indonesia akan mengalir".
Atas kalimat itu, sumber menjelaskan, grand scenario pembubaran BPMIGAS juga melibatkan kalangan media. Hal itu terkait pada pemberitaan yang secara berulang menyebut BPMIGAS lebih condong pada pihak asing dalam pemberian kontrak kerja.
"Soal migas itu terkait tiga hal yaitu rakyat, media, dan pegawai BPMigas. Jika ketiga komunitas ini sudah melakukan konspirasi besar, melakukan politisasi demi kepentingan sebuah kelompok yang akan terjadi kemudian adalah sebuah negara akan hancur. Semua ada biayanya," tulisnya.
Tulisan yang muncul berikutnya pada video itu adalah, "Ini memang persoalan nasionalisme, namun bukan soal NEGARA tapi persoalan BANGSA. DEMI INDONESIA SATU TAK TERBAGI..."