Pembubaran BP Migas Terkait Pemilu 2014?
video tersebut menunjukkan adanya pernyataan Priyono yang menyiratkan adanya konspirasi soal pembubaran BP Migas setahun silam
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
Soal tulisan itu, sumber lugas menulis, pembubaran BPMigas adalah sebuah konspirasi. Pembubaran BPMigas bukanlah urusan negara, tetapi persoalan serius sebuah bangsa yang bernama Indonesia. Bangsa ini mau menghancurkan dirinya sendiri dengan mengatasnamakan nasionalisme. Meneriakan nasionalisme demi kepentingan sebuah kelompok kecil yang ingin menguasai migas. Maling yang ingin menjarah kekayaan negara dengan berteriak nasionalisme.
Tampilan berikutnya menunjukkan tulisan, "untuk sahabatku R. PRIYONO". Sumber menyebut, video itu memang didedikasikan untuk sahabatnya, Priyono. Meski begitu, sumber tak menyebut dari instansi mana ia berasal.
Video lalu dilanjutkan oleh tayangan foto-foto 'hari terakhir Priyono' di BPMIGAS, tepatnya saat ia menyampaikan pidato penutup pada para karyawan BPMIGAS saat itu. dalam pembukaan pidato, Priyono menyampaikan alasan pembubaran BPMIGAS oleh MK karena dianggap inkonstitusional.
"Artinya UU Migas pun sebenarnya gak konstitusional, berlawanan dengan UUD '45, katakanlah begitu. Padahal kita tahu bahwa UU Migas adalah produk dari reformasi. Reformasi menghendaki seperti itu. Ada check and balance dari berbagai instansi dan diperlukan -pada saat itu, saat reformasi- adanya BPMIGAS yang berfungsi sebagai wasit terhadap antar KPS, antara KPS dengan pemerintah, kemudian dengan DPR dan dengan stakeholder-nya, BPMIGAS jadi wasit," ujar Priyono saat itu.
Priyono juga menyampaikan sejumlah prestasi yang sudah dicapai BPMIGAS antara lain berhasil menekan turunnya lifting produksi minyak hingga 3 (tiga) persen pada 2008. Padahal, kata Priyono, saat BPMIGAS terbentuk, pihaknya diwarisi pengelola migas terdahulu dengan produksi yang terus turun hingga titik 12 persen sejak tahun 2006.
Priyono juga menyebutkan prestasi lainnya, antara lain karena profesionalitas karyawan BPMIGAS, lembaga itu diakui sebagai instansi yang prudence oleh BPK dan meraih predikat WTP selama tiga tahun berturut turut. Selain itu, BPMIGAS juga disebut selama lima tahun terakhir (2007 sampai 2012) mampu menjaga target penerimaan negara seperti yang telah ditargetkan.
"Sebenarnya menjadi tanda tanya besar, apa alasannya itu (Pembubaran MK karena dinilai condong ke asing). Tapi itulah yang dinamakan dinamika, kalau saya tak mau menyebutkan, itulah politik. Karena minyak dan gas bumi tidak pernah bebas dari politik. Dalam skala kecil maupun skala besar Migas selalu kental dengan politik," kata Priyono.
Priyono dalam kesempatan itu juga menjelaskan, BPMIGAS melalui para karyawannya telah membuktikan profesionalitas yang mengerti industri migas. Ia menyebut, apapun nantinya BPMIGAS berganti nama atau wujud, lembaga semacam itu akan tetap dibutuhkan.
"Rumahnya masih diperlukan, apapun namanya. Dan tentu saja yang mengisi institusi tadi tidak bisa diambil dari pinggir jalan. Yuk, kita gabung yuk sama institusi apalah namanya, kita ambil dari Plaza Senayan, kita ambil dari Monas, tidak bisa," ujar Priyono.
Priyono juga menyebut pembubaran BPMIGAS sebagai dinamika politik jelang agenda besar di tahun 2014.
"Saya tidak mengatakan, bahwa ya inilah kalau mau ke 2014 ya seperti ini begitu. Tapi kita sudah melihat nuansa perubahan yang luar biasa," kata Priyono.
Video diakhiri oleh ujaran Priyono yang menyebut akan memperjuangkan hak profesional karyawan eks-BPMIGAS. Ujaran itu disampaikan Priyono sambil menangis. Seolah mempertegas kesedihan, video menampilkan backsound dan lirik lagu dari grup musik ABBA berjudul, "The Winner Takes It All,".
"Pemenang mengambil semuanya, ada hikmah di balik lagu itu. Siapa yang bakal jadi pemenang? Siapa yang akan mengambil semuanya? Apakah rakyat atau segelintir pihak atas nama nasionalisme yang didengungkan? Apa ini terkait Pemilu 2014? Lihat saja episode selanjutnya," kata sumber menutup tulisan.