Caleg PAN: Nelson Mandela Juga Tokoh Pecinta Olahraga
Mandela bukan hanya merupakan pejuang anti apartheid, politik pemisahan ras kulit putih dan kulit hitam di Afsel
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wafatnya Nelson Mandela menjadi duka dunia. Orang yang menganggumi Mandela tentu akan merasakan kehilangan, tak terkecuali calon anggota legislatif, asal Partai Amanat Nasional, Noviantika Nasution.
Menurutnya, mengenang sosok Presiden Afrika Selatan periode 1994-1999 tersebut, adalah perwujudan kesederhanaan, disiplin, keberanian dan kasih sayang.
Mandela bukan hanya merupakan pejuang anti apartheid, politik pemisahan ras kulit putih dan kulit hitam di Afsel, tetapi dia juga seorang pemimpin negarawan yg jujur tanpa cela KKN sampai akhir hidupnya. Sebelum menjabat presiden, pria kelahiran 18 Juli 1918 ini sempat mendekam di penjara selama 27 tahun, lantaran perjuangannya membela hak ras kulit hitam.
"Meski dikenal sebagai tokoh politik, Mandela juga memiliki kecintaan terhadap olahraga, khususnya sepakbola dan tinju. Tak heran jika dia mendapat kehormatan berpidato di acara perdana penghargaan olahraga Laureus Lifetime Achievement di Monaco pada 2000," kata Novi yang juga pegiat olahraga Basket ini kepada Wartawan di Jakarta, Sabtu (7/12/2013).
Mantan Ketua Umum Persatuan Bola Basket Indonesia (Perbasi) dan sekarang masih menjabat sebagai Women Rep. Fiba Asia ini mengutarakan rasa bela sungkawa atas meninggalnya mantan Presiden Afrika Selatan ini.
"Kita semua merasakan duka yang sangat mendalam atas wafatnya seorang tokoh dan pejuang yang secara teguh memegang prinsip menentang kebijakan apartheid yang keji," ucapnya.
Novi mengatakan, kepemimpinan Nelson Mandela telah menjadi inspirasi di seluruh pelosok dunia, dan seharusnya juga di Indonesia. Tidak hanya inspirasi menentang rasisme, kolonialisme dan berbagai bentuk ketidak adilan, yg terpenting, kejujuran, kesederhanaan dan keinginannya menjadi bapak bangsanya, membuat Mandela tidak mabuk kekuasaan ketika menjadi Presiden.
"Saya yakin, Mandela bisa saja menjadi Presiden kembali pada saat itu, tapi dia memilih berhenti ketika namanya begitu bersih, pasti itu karena keinginannya untuk meregenerasikan kepemimpinan di negaranya. Beda sekali dengan pemimpin-pemimpin di negara kita ya," cetus Novi.
Nelson Mandela, kata Novi, adalah tokoh yang mengawal bangsa Afrika Selatan menjadi bangsa yang besar. "Beliau nampaknya tidak ada rasa dendam apapun kepada mereka yang memenjarakan beliau. Keinginan beliau adalah menyatukan kelompok-kelompok yang berbeda, dan beliau berhasil," jelas Caleg PAN Dapil III Jawa Barat ini.
"Kalau kita mau membangun bangsa kita, tentu harus dengan semangat yang ditunjukkan oleh Nelson Mandela. Berpegang pada prinsip tidak pro pada kekerasan, tidak ada rasa dendam pada mereka yang menzalimi beliau, tapi tujuannya adalah untuk menyatukan bangsanya untuk mendapatkan suatu kedamaian diantara mereka," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.