Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

DPRD Banten Minta Ratu Atut Legowo Mundur

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Banten pun meminta Atut segera mundur

Editor: Dewi Agustina
zoom-in DPRD Banten Minta Ratu Atut Legowo Mundur
Warta Kota/Adhy Kelana
Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah usai menjalani pemeriksaan selama enam jam lebih di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), di Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (20/12/2013). Ratu Atut yang tersandung dugaan suap Pilkada Lebak dan korupsi pengadaan alat kesehatan di Provinsi Banten langsung ditahan di Rumah Tahanan Cabang KPK Pondok Bambu, Jakarta Timur. Penahanan dilakukan KPK agar Atut tidak mempengaruhi saksi-saksi dan dikhawatirkan menghilangkan barang bukti. Warta Kota/Adhy Kelana 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Surat Keputusan Penggunaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Banten Tahun 2014, kini, harus ditandatangani Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah di tahanan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Banten pun meminta Atut segera mundur.

Harapan itu, salah satunya, disampaikan Ketua Komisi I (Bidang Pemerintahan) DPRD Banten Agus R Wisas, Minggu (22/12/2013). Dia berharap Atut lebih mendahulukan kepentingan rakyat.

Apabila Atut tetap menjabat sebagai gubernur, keefektifan pemerintahan di Provinsi Banten dikhawatirkan akan terganggu.

Pasalnya, tidak semua tugas dan kewenangan gubernur bisa dialihkan kepada wakil gubernur, sekretaris daerah, atau pejabat lainnya. Contohnya, soal penandatanganan pengesahan Peraturan Daerah tentang APBD yang tidak bisa diwakilkan kepada wakil gubernur.

Penggunaan APBD 2014 juga harus melalui surat keputusan yang ditandatangani gubernur. Tanpa SK gubernur, anggaran dalam APBD tidak bisa digunakan. Atut memang bisa menandatangani SK Penggunaan Anggaran di tahanan, tetapi tentu perlu proses yang relatif panjang.

Hal yang sampai saat ini masih jadi pertanyaan, kata Agus, adalah bagaimana cara gubernur berkoordinasi? Lalu, bagaimana jika harus rapat dengan SKPD (satuan kerja pemerintahan daerah).

"Masa, rapat di rutan? Apakah Pak Sekda atau Pak Wagub juga bisa setiap saat ke Pondok Bambu? Kan, masuk rutan itu tidak bisa sembarangan, ada jadwalnya," kata Agus.

Berita Rekomendasi

Oleh karena itu, ia meminta Atut legowo meletakkan jabatannya demi kepentingan yang lebih besar, yakni pemerintahan dan rakyat Banten. Mengingat, undang-undang memang mengatur, seorang gubernur yang berstatus tersangka tetap bisa menjalankan tugasnya. Gubernur baru dinonaktifkan dari jabatannya jika sudah berstatus terdakwa.

"Saya yakin Ibu Gubernur akan berpikir jernih dan berpikir lebih besar untuk masyarakat Banten," ujarnya.

Pemerintah pusat juga harus melihat kondisi psikologis masyarakat Banten. Masyarakat cenderung keberatan jika pemerintahan di Provinsi Banten dikendalikan dari penjara.

Komisi Pemberantasan Korupsi menetapkan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah sebagai tersangka dalam dua kasus korupsi sekaligus, yaitu suap kepada Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar terkait sengketa Pilkada Lebak dan korupsi pengadaan alat kesehatan di Banten.

Informasi yang dihimpun Kompas, hingga kemarin, keluarga Atut, termasuk anak dan menantunya, belum bisa membesuk Atut di Rutan Pondok Bambu. Menurut juru bicara keluarga Atut, Fitron Nur Iksan, keluarga baru bisa membesuk pada Senin ini karena Sabtu-Minggu tidak ada jadwal kunjungan.

Keluarga besar Atut sangat terpukul atas penahanan Atut. Rumah Atut di Jalan Bhayangkara Nomor 51, Kota Serang, Banten, terlihat sepi.

Seluruh keluarga kini mulai berkoordinasi untuk melakukan pembelaan hukum. Kuasa hukum Atut, Tengku Nasrullah, menambahkan, pihaknya juga akan mengajukan permohonan penangguhan penahanan.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas