Adhie Massardi Sesalkan SBY Ucapkan Selamat Natal Hanya Via Twitter
Adhie menilai, semestinya sampaian presiden dilakukan dalam sebuah forum resmi.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Adhie M Massardi, Sekjen Majelis Kedaulatan Rakyat Indonesia (MKRI) menyesalkan sampaian selamat Natal dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hanya disampaikan melalui jejaring sosial Twitter. Adhie menilai, semestinya sampaian presiden dilakukan dalam sebuah forum resmi kenegaraan.
“Sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan di negara berlandaskan Pancasila yang menghormati perbedaan dan menjaga kebhinekaan, SBY seharusnya memberikan ucapan Natal bagi umat Kristiani melalui forum resmi negara, menggunakan podium berlambang Presiden RI dan dilakukan di Istana,” kata Adhie lewat rilis yang diterima Tribunnews.com, Rabu (25/12/2013) siang
Seperti diberitakan, lewat akun twitter @SBYudhoyono, hari ini Presiden menulis, 'Semoga Natal membawa sukacita, pengharapan baru serta damai di hati dan di tanah air kita, selamat hari natal bagi yang merayakan'.
Adhie yang pernah menjabat sebagai juru bicara presiden era Gus Dur (Alm KH Abdurrahman Wahid) ini menyebut, semua agama sama kedudukannya di hadapan Konstitusi UUD 1945.
"Maka presiden sebagai Kepala Negara cukup mengatakan, 'Selamat merayakan Natal bagi seluruh umat Kristiani'. Tidak perlu ada embel-embel 'bagi yang merayakan' segala," katanya.
Adhie mengaku prihatin melihat belakangan pemahaman SBY terhadap demokrasi dan pluralisme kian meredup. Ia mengatakan, hal itu terbukti dari disiapkannya tim kuasa hukum untuk menghadapi para pengeritiknya, serta pembiaran terhadap Ruhut Sitompul, jubir Partai Demokrat yang dipimpinnya, mengumbar pernyataan kebencian (rasis) terhadap etnis kulit hitam kepada analis politik Boni Hargens.
Sementara di panggung internasional, ketidakhadirannya dalam upacara pemakaman Nelson Mandela, negarawan besar Afrika Selatan sekaligus pahlawan penghapusan sistem kekuasan rasis (apharteid), merugikan citra rakyat Indonesia dalam pergaulan dunia sebagai bangsa yang menghormati perbedaan.
“Padahal dulu Soekarno dan seluruh rakyat Indonesia termasuk yang paling gigih mendorong kemerdakaan Afrika Selatan dan negara-negara terjajah lain di kawasan Asia dan Afrika. Padahal Obama, di tengah kesibukan mengurus perekonomian nasionalnya, memerlukan datang menghadiri pemakaman Nelson Mandela,” kata Adhie.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.