Gerakan Stop Kekerasan terhadap Anak Harus Dimulai dari Rumah
Pria yang akrab dengan dunia anak ini menyebutkan kekerasan kepada anak terbukti masih ada, dan cenderung semakin tidak
Penulis: Bahri Kurniawan
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di pengujung tahun 2013 publik dikejutkan oleh Adit, bocah berusia 6 tahun dari Kampar, Riau.
Minggu (15/12/2013) lalu warga Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar menemukan Adit dalam keadaan terluka sedang tidur di kebun sawit. Dikarenakan luka di tubuhnya yang cukup parah, Adit pun dibawa ke RSUD Bangkinang dan kini sedang menjalani perawatan secara intensif. Jelas sudah Adit merupakan korban penyiksaan, yang ternyata dilakukan orang tuanya sendiri.
"Ini perbuatan tidak benar, sangat-sangat sadis dan luar biasa kejam," komentar Kak Seto segera setelah mendapat informasi mengenai Adit.
Pria yang akrab dengan dunia anak ini menyebutkan kekerasan kepada anak terbukti masih ada, dan cenderung semakin tidak beradab. Ia pun menyayangkan penyiksaan yang dilakukan ibu tiri Adit bersama ayah kandungnya.
Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (KPAI) Arist Merdeka Sirait menyatakan munculnya penyiksaan Adit merupakan tamparan menjelang Hari Ibu. Ia berpendapat, perbuatan orang tua Adit sudah di luar batas.
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi KPAI selama tahun 2012 sebanyak 87,6 persen anak Indonesia mengalami kekerasan. Yang mengkhawatirkan, ibu, baik kandung maupun tiri menjadi pelaku kekerasan yang tertinggi.
Lebih lanjut lagi, dampak bagi psikologi anak yang menjadi korban kekerasan adalah anak akan mengimitasi perilaku yang sering dialaminya. Efek psikologis ini dapat dilihat melalui statistik yang menyebut 78,3 persen anak menjadi pelaku kekerasan.
Sementara itu, mantan pejabat Kemensos Dedeh Yulia S.Sos menyatakan perlunya memperkuat ketahanan sosial melalui keluarga.
"Dari kasus Adit kita melihat rumah tidak lagi aman bagi beberapa anak. Masyarakat sekarang kehilangan rasa kebersamaan di dalam lingkungan, akibatnya kontrol sosial pun absen dari masyarakat kini," jelas Dedeh.
Ia mengomentari kronologis penemuan Adit sebagai bukti kontrol sosial yang tidak lagi kuat.
"Gerakan stop kekerasan kepada anak seyogianya dimulai dari lingkungan terdekatnya yaitu keluarga," ujar Dedeh.
Perempuan yang dulu juga aktif di HMI Bandung ini menegaskan nilai-nilai kekeluargaan harus diperkuat kembali.
"Penyiksaan Adit terjadi di dalam rumah, jelas nilai kekeluargaan tidak ada di rumah itu," tegas penerima penghargaan Satya lencana Karya Satya dari Danrem Suryanata Kesuma, Kalimantan Timur.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.