BNPT: Pelaku Teror Korban Penyesatan
Pelaku-pelaku teror ini kan termasuk korban. Mereka korban penyesatan, orang yang tersesat pikirannya.
Penulis: Y Gustaman
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUN, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menilai pelaku teror di masyarakat adalah korban provokator. Mereka berbuat menembaki petugas polisi dan membobol bank adalah karena disesatkan sang provokator.
Demikian disampaikan Kepala BNPT, Ansyad Mbai kepada wartawan usai salat Jumat di Masjid Gedung KPU, Jakarta, Jumat (3/1/2014). Ansyad mengakui pihaknya terus melakukan pengejaran pelaku lainnya.
"Pelaku-pelaku teror ini kan termasuk korban. Mereka korban penyesatan, orang yang tersesat pikirannya. Masa merampok dibilang jihad. Mereka ini orang tersesat. Sekarang yang paling jahat siapa? Orang yang menyesatkan itu," kata Ansyad.
Ansyad meminta kepada media bisa menyerukan secara kompak dan bersama-sama kepada tokoh-tokoh, para provokator yang mempengaruhi mereka pelaku teror. Ia menyebut salah satu provokator adalah Ustad Abu Bakar Baasyir.
Dalam penyergapan pada Selasa (31/12/2013) dan Rabu (1/1/2014), personil Detasemen Khusus 88 Antiteror mulanya meminta enam orang pelaku teror untuk menyerahkan diri, namun mereka membalas dengan penembakan. Polisi pun akhirnya balas menembak mereka.
"Mulai sekarang jangan kita munafik, jangan ragu-ragu. Kalau penyakitnya kurap ya kurap. Kalau kanker ya kanker. Menyebut nama penjahat saja kalian enggak berani. Pake kias-kiasan. Teroris dibilang terduga teroris. Kenapa terduga?" kata Ansyad.
Ia memastikan, enam orang yang ditembak mati oleh petugas Densus 88 Antiteror adalah benar-benar teroris, bukan hampir teroris.
"Jangan pakai kata-kata kiasan terduga teroris. Nanti maling ayam nuntut kalian, kenapa enggak dibilang terduga maling ayam. Koruptor dibilang koruptor, bukan terduga koruptor. Jadi kenapa teroris pakai terduga," ujarnya.