Rizal: Kita Cuma Beda Pendapat Teganya SBY Mau Nangkap Saya
Rizal mengaku dapat mengerti tuduhan-tuduhan hingga somasi yang dilakukan itu karena Presiden SBY sedang galau
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) melalui kuasa hukumnya melayangkan surat somasi kepada mantan Menteri Koordinator bidang Perekonomian dan Menteri Keuangan, Rizal Ramli. Somasi dilakukan karena Rizal menuding adanya gratifikasi jabatan yang diberikan kepada Wakil Presiden Boediono atas bailout Bank Century.
Namun, Rizal Ramli membalas somasi itu dengan permintaan klarifikasi tentang status kuasa hukum SBY.
Rizal menceritakan, mulanya dia dan SBY adalah bersahabat. Persahabatan itu dimulai ketika Rizal turut membantu SBY sebagai tim sukses pada kampanye Pemilu Presiden 2004.
"Tadinya saya itu turut membantu menjadi Tim Sukses Wiranto dan Gus Dur. Lalu, saya dihubungi sama Pak SBY, saya diminta bantu dia," ujar Rizal di Jakarta, Senin (27/1/2014).
Namun, dalam perjalanan perpolitikan Indonesia, perbedaan pandangan atau perselisihan itu muncul, khususnya mengenai cara pandang sistem ekonomi.
Rizal mengaku dapat mengerti tuduhan-tuduhan hingga somasi yang dilakukan itu karena Presiden SBY sedang galau atas banyaknya masalah yang ada di pemerintahanya. Ia berharap Presiden SBY diberi kekuatan dan bisa melakukan introspeksi diri.
Rizal mengaku prihatin, sedih, sekaligus kecewa dengan SBY yang notabene-nya adalah sahabatnya, justru sampai hati menuduh hingga melakukan somasi kepada dirinya. Padahal, banyak sedikit Rizal merasa pernah membantu SBY.
"Saya bantuin dia pidato, 'Pro Growth Pro Job' itu dari kami. Waktu itu dia dipanggil jadi Menteri Pertambangan, dia memanggil saya. Sedih dia karena enggak mengerti tentang tambang. Lalu, saya yang menyusun program dia untuk satu tahun awal. Ketika SBY terpilih sebagai presiden tapi belum dilantik, dia panggil saya, karena saat itu stok BBM kurang dari dua hari. SBY takut pas dia dilantik tidak ada BBM. Saya bingung, kok dia tanya ke saya. Dia bilang, 'Saya percaya Pak Rizal bisa mengatasi'. Begitu," paparnya.
"Makanya, sekarang saya bingung, kok bisa-bisanya dia mem-begini-kan saya. Saya betul-betul enggak mengerti. Tega-teganya, kita kan cuma berbeda pendapat, kok ya jadi mau nangkep saya seperti ini?" imbuhnya.
Rizal menegaskan, akan terus bersikap kritis bila ekonomi Indonesia terus dibawa ke arah neoliberal. Ia pun sudah siap terhadap berbagai risiko atas kritik tersebut, termasuk dibui.
"Sikap kritis saya sudah sejak mahasiswa. Saya pernah dipenjara di Sukamiskin. Ingat, ini bukan negara otoriter," tegasnya. (coz)