Tiga Jam Baku Tembak Polisi dengan Teroris di Poso
Baku tembak terjadi antara kelompok teroris dengan Tim Bravo Brimob Polda Sulawesi Tengah di Poso berkaitan dengan Operasi Aman Maleo
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Baku tembak terjadi antara kelompok teroris dengan Tim Bravo Brimob Polda Sulawesi Tengah di Poso berkaitan dengan Operasi Aman Maleo dengan target operasi terorisme.
"Dalam hal ini, tim gabungan Polda Sulawesi Tengah bersama Densus 88 Antiteror Polri melakukan pendeteksian kembali di kawasan Lereng Gunung Biru yang dulu kita temukan tempat latihan dari pelaku teror, dan ini di wilayah Poso Pesisir," ungkap Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Jumat (8/2/2014).
Dikatakan Boy peristiwa baku tembak antara pihak kepolisian dengan teroris pun pecah sekitar pukul 10.30 - 14.30 WITA setelah kepolisian memasuki sebuah tempat dan menemukan ada tanda-tanda aktivitas kegiatan teror.
Terendusnya tempat latihan kelompok teroris tersebut setelah petugas menemukan ada bahan material yang diduga kuat digunakan sebagai bahan peledak, termasuk senjata rakitan. Kepolisian pun mengintensifkan operasi di wilayah tersebut dengan memantau gerak-gerik orang-orang yang terkait dengan kelompok tersebut.
"Kemudian terjadi penembakan terhadap petugas dan akhirnya terjadi tembak-menembak kurang lebih 2 sampai 3 jam," kata Boy.
Akibat serangan dari kelompok teroris tersebut Bharada Putu Satria Wibawa terkena tembakan yang dilepaskan kelompok teroris sampai akhirnya meninggal dunia. Gugur dalam tugas Bharada Putu Satria pun dinaikan pangkatnya satu tingkat lebih tinggi menjadi Bharatu Anumerta.
"Hari ini jenazahnya dibawa ke Bali untuk dikembalikan kepada keluarga. Ini adalah anggota Brimob di Polda Sulawesi Tengah," katanya.
Dalam baku tembak tersebut dua terduga teroris tewas diterjang peluru petugas. Satu atas nama Fandi yang sempat mendapat perawatan, sementara satu orang lagi masih dalam proses identifikasi.
"Nanti kita akan cari tahu petunjuk, identitas yang ada untuk tahu jati dirinya. Kita libatkan tim DVI untuk diketahui datanya, baik anti mortem dan post mortemnya. Termasuk kalau ketahui pihak keluarga juga akan kita ambil contoh DNA-nya juga untuk menentukan jati diri yang sungguhnya," katanya.