Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Usman Harun, dari Nama KRI Sampai Nama Jalan

Sersan Usman Mohamed Ali dan Kopral Harun Said, dua anggota satuan elite Korps Komando Operasi

Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Usman Harun, dari Nama KRI Sampai Nama Jalan
TRIBUNNEWS.COM/BAHRI KURNIAWAN
makam Usman dan Harun di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan 

Laporan Wartawan TRIBUNnews.com, Nicolas Timothy

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sersan Usman Mohamed Ali dan Kopral Harun Said, dua anggota satuan elite Korps Komando Operasi (KKO) mendadak namanya menjadi polemik antardua negara, yaitu Indonesia dan Singapura.

Asal muasal muncul polemik nama Usman dan Harun tersebut muncul ketika TNI AL memberi nama Kapal perang Republik Indonesia (KRI) jenis Korvet yang akan memperkuat armada laut Indonesia.

Singapura menganggap pemberian nama KRI ini membuka 'luka lama' sejarah kelam Singapura yang dibuat oleh dua satuan elite era Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno.

Nama Usman dan Harun ini ternyata tidak hanya diberikan untuk KRI saja, namun juga rencananya akan menjadi nama jalan di kawasan Senen, Jakarta Pusat. Nama Usman dan Harun sendiri akan mengganti nama Jalan Prapatan.

Berbagai tanggapan warga pun ikut meramaikan polemik Usman Harun. Warga yang sering melintas di jalan ini ada yang pro dan kontra. Karel (29), warga Tanah Abang mengatakan setuju jika nama Jalan Prapatan diubah menjadi nama Jalan Tentara KKO Usman dan Harun.

"Saya sih setuju saja. Karena itu kan sebagai penghormatan nama pahlawan," kata Karel yang bekerja di perusahaan swasta ini.

Berita Rekomendasi

Namun, Robbi (31), warga Petamburan ini menilai tidak perlu mengubah nama jalan. Menurutnya, pergantian nama jalan justru akan membingungkan warga yang sudah terbiasa dengan nama jalan yang ada.

"Nanti kalau mau kirim surat malah bingung kalau pakai nama jalan baru," ucap Robbi.

Pengubahan nama jalan tersebut juga telah diusulkan pihak TNI AL kepada Pemprov DKI melalui surat Nomor: B/164/XI/2012 pada tanggal 28 November 2012. Usulan tersebut mendapat respon yang positif dari Pemprov DKI Jakarta.

Perlu diketahui, Jalan Prapatan itu sendiri posisinya berada di sisi timur Tugu Tani, Jakarta Pusat. Jalan tersebut terbagi dua, satu lajur menuju ke arah Pasar Senen, sementara lajur lainnya mengarah ke Tugu Tani.

Di sisi kanan kiri Jalan Prapatan, gedung-gedung menghiasi jalan ini. Mulai dari perkantoran sampai hotel. 10 meter dari Tugu Tani ke sisi Timur ada hotel Aryaduta. Kemudian, Sekitar 250 meter dari Tugu Tani ke arah timur, berdiri megah Markas Komando Korps Marinir (Mako Kormar).

Di sisi kanan Jalan Prapatan, dari arah Pasar Senen menuju ke Tugu Tani berdiri toko buku Gunung Agung. Lalu berbagai ruko berdiri menghiasi sisi kanan-kiri jalan Prapatan.

Tidak hanya gedung-gedung saja yang menghiasi jalan ini. Pepohonan dan taman juga ikut menghiasi. Taman tersebut dinamai Taman Gunung Agung yang membatasi Jalan Prapatan antara lajur dari Jalan Ridwan Rais menuju Pasar Senen dan dari Kramat Raya menuju Tugu Tani.

Jalan ini juga dilintasi sungai atau kali, yaitu kali Ciliwung Lama. Kali tersebut kini tengah dinormalisasi oleh Pemprov DKI.

Sejarahnya, Jalan Prapatan ini dibangun oleh Yustinus Vinck, seorang tuan tanah dari lahan milik Dewan Hindia Belanda pada tahun 1733. Pembangunan Jalan Prapatan itu bertujuan untuk menghubungkan Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen. Pada tahun 1975, Senen menjadi pusat perdagangan terkemuka di Jakarta.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas