Sesama Anggota Polisi Rawan Gesekan
Kesibukan di tahun politik untuk mengamankan jalannya pemilu, juga menambah rawannya gesekan antar anggota polisi
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Wahyu Aji
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gesekan yang terjadi antara sesama anggota polisi tergolong rawan. Salah satu pemicunya adalah, masih adanya kesenjangan antara anggota atasan dan anggota bawah.
Ketua Presidium Indonsia Police Watch Neta S Pane menyebutkan, kesibukan di tahun politik untuk mengamankan jalannya pemilu, juga menambah rawannya gesekan antar anggota.
Dari data yang dihimpun, di bulan Maret ini saja terdapat dua kasus yang melibatkan sesama anggota polisi di lingkup Polda Metro Jaya. Diantaranya, penembakan AKBP Pamudji oleh bawahannya, Brigadir Susanto. Juga keributan dua brigadir di salah satu cafe di Jakarta Timur.
"Kasus tersebut adalah bentuk depresi polisi jajaran bawah di tubuh Polri," kata Neta saat dihubungi, Selasa (1/4/2014).
Menurutnya, ada tiga gambaran negatif menyelimuti tubuh kepolisian dari kasus tersebut. Pertama, buruknya sistem kaderisasi dan mutasi. Yang membuat prustasi anggota di jajaran bawah. Pada kasus penembakan Pamudji, misalnya. Tersangka Susanto, kata dia, karirnya seakan mandek selama 13 tahun di Denma Polda Metro Jaya.
"Kondisi ini jelas membuat Susanto frustasi dan depresi. Seakan dia tdk punya masa depan di Polri," ujarnya.
Dirinya menjelaskan, faktor kedua adalah tugas polisi yang tidak kenal waktu. Hal itu membuat jajaran bawah kehilangan waktu layak untuk istirahat atau bertemu keluarga. Di sisi lain, tambah dia, saat mereka tiba di rumah harus menghadapi kesulitan ekonomi.
"Gajinya (polisi bawah) tidak memadai untuk membiayai hidup di kota besar seperti Jakarta. Kondisi ini kerap membuat mereka stres dan depresi," lanjutnya.
Ketiga, katanya, anggota bawah ini ketika berhadapan dengan atasannya kerap diberi target-target baru. Selain itu, kerap diposisikan sebagai pihak yang selalu salah atau bermasalah. Menurut Pane, sangat mungkin akumulasi ketiga hal ini membuat depresi mereka memuncak. Sialnya, membuat mereka gampang gelap mata serta berbuat nekat di luar batas-batas kelajiman.
"Aksi bunuh diri atau membunuh orang lain, termasuk atasannya sendiri adalah puncak dari akumulasi depresi tadi," katanya.
Paling tidak, ujarnya, tiga hal ini bisa menjadi pelajaran petinggi Polri. Untuk memperbaiki serta memberi kebijakan lainnya yang lebih baik.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.