Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kekerasan di Film Tidak Sebabkan Kekerasan Seksual

Menurutnya, kekerasan seksual tidak mudah diimitasi hanya dari kekerasan di film

zoom-in Kekerasan di Film Tidak Sebabkan Kekerasan Seksual
Shutterstock
Ilustrasi korban pencabulan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Maraknya pemberitaan kekerasan seksual pada anak tidak terkait langsung dengan banyaknya kasus kekerasan itu sendiri. Kriminolog UI, Ronny Nitibaskara menilai kekerasan seksual yang dilakukan orang dewasa kepada anak-anak tidaklah dipengaruhi oleh tayangan film fiksi. Menurutnya, kekerasan seksual tidak mudah diimitasi hanya dari kekerasan di film.

"Seperti film samurai di Jepang, itu sudah ada darah-darahnya, namun tidak dilarang ditonton di Jepang, bahkan anak-anak juga menonton, karena ada nilai kepahlawanan," ujar Ronny, di Jakarta, Minggu (25/5/2014).

Dikatakannya, ada pendapat yang menyalahkan media terkait banyaknya kasus kekerasan seksial. Namun menurutnya, terlalu dini untuk menyalahkan media.

"Penelitian di luar negeri meragukan hipotesis bahwa setelah nonton film porno bisa membuat orang memerkosa, lalu penelitian seputar seks dan erotisme menunjukkan bahwa acara-acara di media elektronik tidak sepenuhnya mempengaruhi," ujarya.

Menurut pengajar di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian ini, justru kekerasaan yang dipertontonkan di dunia nyata bisa diikuti penonton.

"Seperti misalnya aksi kerusuhan, demonstrasi yang mempertontonkan polisi lawan demonstran saling pukul dan saling lempar, jadi itu bisa menular. Tapi tidak menular untuk kekerasan seksual," tuturnya.

Ia mengatakan, langkah media melakukan sensor, dengan memburamkan, atau menutup hitam bagian-bagian yang tidak layak ditonton juga tidak membantu sama sekali.

"Saya kira sebaiknya dalam penayangan perilaku seksual justru sensor itu membuat penasaran dan agresif pada diri seseorang untuk melakukan yang lebih dari apa yang dilihat, ini penelitian di Amerika, jadi untuk menyalahkan media, perlu ada studi banding dulu. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) perlu mempelajari hal ini, justru seperti gambar-gambar kerusuhan dan tawuran, itu yang paling mudah ditiru," tuturnya.

Seperti diketahui, sejumlah kasus pelecehan terhadap anak dibawah umur marak terjadi. Antara lain di Jakarta International School (JIS), Jakarta Selatan dan di sekolah Saint Monica Sunter, Jakarta Utara. Selain itu di Sukabumi, Jawa Barat, ada Emon yang diduga menyodomi ratusan bocah. (Ahmad Sabran)

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
×

Ads you may like.

© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas