Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Piala Dunia Dikhawatirkan Ditunggangi Kampanye Capres

Tak ada peristiwa di muka bumi yang menyita perhatian umat manusia lebih banyak dari Piala Dunia sepakbola. Juga Indonesia, negeri berpenduduk

zoom-in Piala Dunia Dikhawatirkan Ditunggangi Kampanye Capres
Jokowi-JK
ilustrasi 

Penggemar bola resah dengan kabar stasiun televisi pemegang hak siar Piala Dunia akan menyisipkan muatan politik di tayangan bola. 

Jakarta - Tak ada peristiwa di muka bumi yang menyita perhatian umat manusia lebih banyak dari Piala Dunia sepakbola. Juga Indonesia, negeri berpenduduk 250 juta dengan nirprestasi bola. Tidak heran jika jelang Piala Dunia 2014 yang digelar 12 Juni hingga 13 Juli 2014, puluhan juta penggemar sepakbola negeri ini telah bersiap. Mereka memastikan pesawat televisi di rumah mereka bersih menayangkan "ANTV" "TvOne" & "Vivasky", tiga stasiun televisi pemilik hak siar  Piala Dunia 2014 untuk Indonesia.

Sebelum hingar-bingar itu berlangsung, Shefti Lailatul Latiefah, seorang pecinta sepakbola mengungkapkan kegundahannya. Ia kuatir, tayangan Piala Dunia di Indonesia akan disusupi penumpang gelap: kampanye calon presiden. Maklum, pemilik tiga stasiun televisi pemegang hak siar ini adalah orang yang sama, Aburizal Bakrie -- pemimpin partai pendukung pasangan calon presiden Prabowo-Hatta.

Bagi Shefti, juga jutaan penggemar bola di dunia, Piala Dunia harus bebas dari aroma kepentingan politik. Apalagi, saat ini telah beredar cerita, rencana pemegang hak siar Piala Dunia menghadirkan calon presiden, calon wakil presiden dan politisi untuk menjadi komentator. Jika ini terjadi, lengkaplah sudah sengkarut Pilpres 2014: dari kampanye hitam sampai menunggangi sportivitas olahraga. 

Pada Sabtu 7 Juni 2014, Shefti mengirim surat terbuka kepada Presiden FIFA Joseph S. Battler dan ia sebarkan salinannya di media sosial untuk menjaring dukungan. Tuit Shefti lewat akun @sheilayla ini segera didukung jutaan pegiat media sosial. Beramai-ramai mereka meneruskan tuit Shefti dengan menyebut nama @Fifa dan @SeppBlatter sebagai bentuk dukungan.

“Kami (penggemar bola) mempunyai kekhawatiran yang sama. Kita tahu masa kampanye memang singkat dan stasiun televisi dimiliki oleh para konglomerat yang itu-itu saja yang punya agenda politik juga," kata Shefti. 

Ia tak ingin, tontonan asyik itu menjadi kotor oleh teks, komentar atau pun sisipan yang memecah belah. "Sepakbola itu olahraga yang menjunjung tinggi sportifitas. Pemilu juga sama. Kita punya aturan, masa kampanye, hal-hal apa saja yang boleh dan tidak dilakukan," katanya.

Ia sengaja menunjukan surat itu ke badan sepakbola dunia FIFA sebagai penerbit hak siar. Dan ia tak berharap benar suratnya berbalas. "Tidak balas tidak masalah, publik sudah baca dan mereka tahu bahwa akan ada kemungkinan bombardir kampanye yang tidak seimbang."

Muatan politik Piala Dunia Sepakbola telah menjadi isu besar semenjak puluhan tahun silam. Di tahun 1938, diktator Italia, Bennito Mussolini bahkan menjadikan Piala Dunia yang digelar di Italia sebagai bahan propaganda politiknya. Ia mengadakan jamuan makan malam dengan para wasit dan dua tim yang berlaga di final menjelang pertandingan. Tindakannya itu menuai kecaman, apalagi setelah Italia merebut gelar juara setelah mengalahkan Cekoslowakia. (skj) (Advertorial)

Admin: Sponsored Content
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas