Sembilan Alasan Warga NU Memilih Jokowi-JK
Ketiga, kita sebagai warga NU sudah menetapkan akan memilih tokoh yang berfaham Ah-lussunnah wal Jama’ah/NU jauh sebelum Jusuf Kalla ditetapkan.
Jokowi-Jusuf Kalla secara bersama-sama berkemampuan untuk menghindarkan Indonesia dari konflik agama di Indonesia.
Jakarta - Jusuf Kalla telah didapuk menjadi calon wakil presiden mendampingi Joko Widodo di Pilpres 2014. Relawan Jokowi-JK dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU) menyusun sejumlah alasan untuk meneguhkan pilihan pada pasangan ini. Relawan merumuskannya dalam 9 Alasan Memilih Jokowi-JK. Berikut ini alasannya:
Pertama, tidak ada tokoh NU yang berhasil menjadi calon presiden pada pemilihan tahun ini. Namun, Jusuf Kalla sebagai tokoh NU (Mustasyar PBNU) ditetapkan sebagai calon Wakil Presiden mendampingi Jokowi. Dengan memperhatikan kaidah ilmu fiqih: Maa laa yudrok kulluhu lam yudrok kulluhu, “Sesuatu yang tidak dapat dicapai seluruhnya, janganlah ditinggalkan semuanya”, maka perjuangan warga NU kini terfokus pada Wakil Presiden.
Kedua, capres baik Jokowi maupun Prabowo, memiliki tingkat derajat keagamaan yang hampir sama jika ditinjau dari segi syariat islam.
Ketiga, kita sebagai warga NU sudah menetapkan akan memilih tokoh yang berfaham Ah-lussunnah wal Jama’ah/NU jauh sebelum Jusuf Kalla ditetapkan sebagai cawapres.
Keempat, Jusuf Kalla bukan sekedar tokoh NU, tetapi beliau adalah tokoh NU yang mampu memperjuangkan Manhaj NU dalam suasana politik dan kenegaraan saat ini. Beliau adalah negarawan yang sudah teruji ke-NU-annya dan amal kenegarawanannya.
Kelima, faktanya, ternyata yang bersedia bekerjasama dengan tokoh NU tersebut adalah Megawati dengan mengajukan calon presiden dan calon wakil presiden adalah Jokowi-Jusuf Kalla. Sedangkan pasangan yang lainya tidak mengambil tokoh NU.
Keenam, integritas, visioner dan kompetensi Jusuf Kalla dalam masalah keagamaan, ke-Aswaja-an dan kenegarawanan tidak perlu diragukan lagi, sehingga cukup aman untuk menyalurkan dan memperjuangkan aspirasi warga nahdiyyin
Ketujuh, hubungan warga nahdiyyin dengan kelompok nasionalis dengan ini berjalan dengan baik, bahkan kalau berpasangan dengan (capres) nasionalis, maka urusan keagamaan akan diatur oleh NU, sehingga bahaya dari aliran-aliran yang tidak sesuai dengan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah dapat diperkecil. Bersamaan dengan itu, kebangkitan nasionalisme Indonesia akan ditopang dengan pemikiran Islam yang moderat.
Kedelapan, Jusuf Kalla dapat mengembangkan ekonomi kerakyatan, serta menjaga aset-aset nasional tanpa menimbulkan keguncangan hubungan internasional.
Kesembilan, Indonesia saat ini, tengah terancam berbagai keguncangan. Baik itu politik, ekonomi, hukum, teritorial dan terorisme. Maka, diperlukan pasangan pemimpin negara yang mampu meredam konflik dan tidak menjadi sumber konflik. Jokowi-Jusuf Kalla secara bersama-sama berkemampuan untuk menghindarkan Indonesia dari konflik agama di Indonesia. (skj) (Advertorial)