Jurnalis AS Allan Nairn Tantang Prabowo Buka-Bukaan
Allan Nairn menantang Prabowo Subianto untuk buka-bukaan di pengadilan di Indonesia.
Editor: booman
Prabowo juga mengatakan bahwa keragaman etnis dan agama adalah penghalang demokrasi.
Jakarta - Allan Nairn menantang Prabowo Subianto untuk buka-bukaan di pengadilan di Indonesia. Kasus ini terjadi setelah tulisan wartawan asal Amerika Serikat ini di bloknya, allannairn.org, diragukan.
Nah, Kamis 26 Juni 2014, Nairn kembali menulis di blognya bahwa dia saat ini ada di Indonesia. "Saya sekarang ada di Indonesia, jika TNI ingin menangkap saya, mereka bisa," tulis Nairn. Bahkan dia juga menyatakan bahwa jika Prabowo ingin dia ditangkap, sebaknya Prabowo mengatakannya sendiri.
Nairn menambahkan, bahwa tulisan itu akurat. "Jika Jenderal (Prabowo) ingin menyangkal ini, saya mengundang dia untuk menghadapi saya di pengadilan Indonesia, dengan mengajukan tuduhan fitnah pidana terhadap saya," tulis Nairn menantang. Dia juga menantang Prabowo mengusir Freeport dari Indonesia.
Sebelumnya, Nairn menulis bahwa dalam wawancaranya dengan Prabowo pada Juni dan Juli 2001 lalu, Prabowo menyebut Presiden RI Abdurrahman Wahid itu buta dan memalukan.
Selain itu, Prabowo juga mengatakan bahwa Indonesia perlu rezim otoriter yang jinak. Prabowo juga mengatakan bahwa keragaman etnis dan agama adalah penghalang demokrasi.
Nairn membeberkan isi perbincangan dengan Prabowo yang sebenarnya dilakukan off the record dan dijanjikan menggunakan nama anonim.
Namun, melihat perkembangan politik Indonesia menjelang pemilihan presiden (pilpres) 9 Juli yang berpotensi menaikkan Prabowo ke kursi kepresidenan, Nairn merasa terbebani untuk mengungkapkan kepada masyarakat Indonesia mengenai isi wawancaranya.
"Saya pikir kerugian melanggar janji anonimitas kepada Jenderal itu tidak seberapa dibandingkan kerugian rakyat Indonesia yang datang ke tempat pemungutan suara tanpa mendapat akses fakta-fakta yang relevan," katanya seperti dikutip pada blog pribadinya www.allannairn.org.
Keyakinannya itulah yang membawanya berani secara blak-blakan menuliskan obrolannya selama hampir empat jam di kantor perusahaan Prabowo di Mega Kuningan.
Pria berusia 58 tahun ini merupakan jurnalis asal New Jersey, Amerika Serikat (AS), yang telah dianugerahi sejumlah penghargaan atas kepiawaiannya menulis berita investigasi di berbagai negara.
Pada 1993, Nairn dan rekannya, Amy Goodman, menerima penghargaan Robert F Kennedy Memorial First Prize untuk laporan radio mengenai Timor Timur.
Pada 1994, dia mendapat George Polk Award atas artikel feature-nya dan juga menerima James Aronson Award atas tulisannya mengenai Haiti di majalah The Nation. (skj)
(Advertorial)