Polri Dalami Alasan 4 WNA Gabung Gembong Teroris Indonesia
Kapolri berharap hanya empat WNA yang sudah ditangkap saja yang masuk ke Indonesia.
Penulis: Adi Suhendi
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia (Mabes Polri) masih terus mendalami alasan empat Warga Negara Asing (WNA) bergabung dengan pucuk pimpinan teroris Indonesia saat ini, Santoso.
Santoso disebut-sebut sebagai pimpinan gerakan teroris di Indonesia yang mengusai wilayah Timur Indonesia dengan pergerakan berpusat di wilayah Poso, Sulawesi Tengah.
"Mereka akan bergabung dengan Santoso, bergabungnya untuk apa, apakah untuk latihan, untuk teror dan sebagainya, kita sedang lakukan pemeriksaan. Yang jelas Santoso adalah DPO (buronan) pelaku teroris di Indonesia," ungkap Kapolri Jenderal Polisi Sutarman di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Senin (14/9/2014).
Kapolri berharap hanya empat WNA yang sudah ditangkap saja yang masuk ke Indonesia. Tapi ia menyadari bahwa wilayah Indonesia luas dan kemungkinan ada orang-orang asing serupa masuk masih dimungkinkan, sehingga perlu ada pengetatan pengawasan lalu lintas orang.
"Mudah-mudahan hanya empat ini, tapi Indonesia luas, tapi pengawasan ini sebenarnya dari imigrasi, pengawasan orang asing itu dari Imigrasi. Sehingga saat rapat dengan presiden pernah diinstruksikan untuk mewaspadai pengaruh ISIS, salah satunya dengan memperketat orang masuk Irak dan Syiria termasuk orang asing masuk Indonesia khusunya orang daru Timur Tengah," jelasnya.
Sebelumnya, empat warga negara asing diamankan aparat kepolisian di Sulawesi Tengah, Sabtu (12/9/2014). Sebelum ditangkap, kepolisian sudah membuntuti empat warga negara asing tersebut sejak diketahui berada di sebuah rumah kost-kostan yang terletak Jalan Banteng, Touwa, Palu sekitar pukul 24.00 WITA.
Kemudian mereka keluar dengan menggunakan sebuah mobil avanza merah dibawa tiga orang asal Palu masing-masing bernama Saiful Priatna alias Ipul (29), M Irfan (21), dan Yudit Chandra alias Ichan (28). Mobil berisikan tujuh penumpang berisikan Ipul, Ichan, dan Ifan serta empat warga negara tersebut melaju menuju ke arah Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Sekitar pukul 02.00 WITA pihak kepolisian dari Polres Parigi Moutong melakukan razia di depan Mapolres dan melihat mobil yang ditumpangi empat warga Turkistan (sebelumnya ditulis warga Turki) tersebut yang masing-masing bernama A Basyit, A Bozoghlan, A Bayram, dan A Zubaidan.
Melihat razia tersebut, mobil berputar arah ke arah Toboli setelah dilakukan pengejaran akhirnya mobil berhenti di sebuah kampung Marantale dan ditangkaplah tiga orang WNI saat bersembunyi di rumah warga sementara mobil terparkir.
Sementara empat orang asing yang menumpangi mobil bersama tiga WNI tersebut lari ke arah gunung. Kemudian pihak kepolisian pun melakukan pengejaran terhadap empat WNA yang melarikan diri. Sampai akhirnya ditangkap di Desa Marantale Kecamatan Siniu, Kabupaten Parigi Moutong.
Keempat WNA tersebut rencananya akan menuju ke Poso untuk bergabung denga kelompok Santoso yang difasilitasi buronan Mochtar di Poso. Dari penangkapan tersebut diamankan barang bukti berupa mobil Avanza merah, paspor atas nama Ahmed Bozoglan asal negara Turki Nomor passport TR-C No. 538250, kompas, dan peralatan lainnya.
Saat ini keempat warga negara asing tersebut sudah berada di Rumah Tahanan Markas Korps Brimob Kelapa Dua, Depok untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.