Amin Rais: Saya Terkejut Luar Biasa Pemilu Jadi Politik Uang
Menurut Amin, mereka tidak menyangka pemilihan umum langsung berubah menjadi politik yang yang masif.
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua MPR 1999-2004, Amin Rais, mengaku mengalami disilusi atau keterkejutan luar biasa mengenai pemilihan umum langsung.
Menurut Amin, mereka tidak menyangka pemilihan umum langsung berubah menjadi politik yang yang masif.
"Jadi mula-mula argumen mengapa MPR melucuti kekuasaanya untuk memilih presiden diberikan kepada rakyat dengan harapan tidak mungkin ada politik uang karena pemilih capres itu seratus sekian puluh juta. Tidak mungkin ada kekuatan manapun di dunia ini membawa uang sekian triliun mengubah suara rakyat," ujar Amin di Hotel Grand Sahid, Jakarta, malam ini.
Ternyata, kata Amin, apa yang mereka khawatirkan menjadi kenyataan. Uang berbicara keras sekali dalam pemilihan gubernur, bupati, dan walikota.
"Jadi kalau sekarang saya surut karena tidak pernah membayangkan ternyata uang itu menjadi penentu. Perubahan yang pling mendasar di negeri kita ini sama reformasi adalah ketika belum reformasi pemilik modal di pinggiran gelangang politik. Mereka hanya menonton, mereka hanya bisnis biasa mencari keuntungan," beber politikus Partai Amanat Nasional itu.
"Tapi setelah sepuluh tahun reformasi pemilik modal masuk ke gelanggang politik, punya koran, punya televisi punya partai punya segala macam, punya jaringan yang ini menurut saya hal-hal yang harus kita antisipasi," tukas pendukung pasangan capres Prabowo Subianto-Hatta Rajasa itu.