Politisi PKB Akui Gagal Gaet 100 Persen Suara DPD
Saat dipertegas apakah yang ia maksud telah terjadi praktik jual - beli suara sebelum voting digelar, Karding mengaku sempat melihat indikasi tersebut
Editor: Fajar Anjungroso
TRIBUNNEWS.COM – Salah satu Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Abdul Qadir Karding, mengatakan sumber kekalahan terbesar Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada Sidang Paripurna pemilihan Ketua MPR, adalah tidak solid nya suara DPD RI. KIH dan PPP hanya mendapat 330 suara, terpaut 17 Suara dari Koalisi Merah Putih (KMP).
Kepada wartawan di kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Rabu (8/10/2014), Karding mengatakan pihaknya menargetkan dapat meraih 100 suara dari DPD RI, namun hal itu gagal dilakukan.
"yang jebol yang agak tidak sesuai harapan di DPD, karena mereka menarget minimal seratus (suara), tapi masuk paling banyak tujuh puluh tujuh," katanya.
Menurutnya banyak juga anggota DPD yang berafiliasi dengan Partai Politik (Parpol). Ia mencontohkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang mendukung KMP, memiliki belasan anggota di DPD RI. "Itu satu faktor. Faktor lain faktor X lah," ujarnya.
Saat dipertegas apakah yang ia maksud telah terjadi praktik jual - beli suara sebelum voting digelar, Karding mengaku sempat melihat indikasi tersebut menjelang voting tertutup. "Saya nggak berani menuduh, tapi bau-baunya ada," terangnya.
KIH dan PPP mengusung Paket A, dengan susunan Ketua MPR Oesman Sapta Odang, serta Wakil Ketua Ahmad Basarah, Imam Nahrawi, Patrice Rio Capella, Hasrul Azwar. Sedangkan KMP mengusung Zulkifli Hasan sebagai Ketua MPR, dengan Wakil Ketua Mahyudin, Evert Ernest Mangindaan, Hidayat Nur Wahid dan Oesman Sapta. Opsi tersebut didukung Koalisi Merah Putih (KMP) minus PPP.
Di atas kertas KIH yang didukung PPP diyakini akan meraup suara mayoritas, karena yang didukung sebagai kandidat ketua MPR adalah anggota DPD, sehingga mayoritas anggota DPD akan mendukung. Namun KMP yang mengusung kader Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai Ketua MPR, dapat memenangkan suara mayoritas.
Sedangkan PPP yang pada pemilihan Ketua MPR telah mengalihkan dukungannya dari KMP, diduga tidak semua kadernya mendukung Opsi A. Menurutnya banyak juga kader PPP yang tetap memilih Opsi B.
"Iya, tapi tidak penuh," tandasnya.