Susi Pudjiastuti: Saya Ingin Berhenti Merokok
“Saya ingin berhenti merokok, sedang berusaha, tapi tidak akan bisa langsung sekaligus,” kata Susi di hadapan ratusan warga Pangandaran.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, PANGANDARAN - Menteri perempuan nyentrik asal Pangandaran, Jawa Barat, Susi Pudjiastuti, telah menjadi sorotan publik setelah dilantik menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan di Kabinet Kerja masa periode 2014-2019.
Mulai dari sorotan kesuksesan usahanya, gaya dan prilakunya, sampai kehidupan pribadinya. Sempat ramai diperdebatkan tentang gaya hidupnya sebagai perokok berat dan memiliki tato di tubuhnya. Malahan, sejumlah wartawan sempat memergoki Susi sedang merokok dan membuka sepatunya di Istana Negara, beberapa waktu lalu.
Susi dulu yang bekerja pedagang ikan keliling, berbeda dengan Susi sekarang yang memimpin salah satu Kementerian di Indonesia. Sejalan dengan ini, Susi pun mulai mengutarakan keinginan mengubah sedikit demi sedikit kebiasaan buruknya yang dulu tak dibatasi oleh siapapun.
Ia terlihat mulai menyadari bahwa sekarang dia adalah seorang figur publik. Tentunya, setiap gerak-geriknya bisa menjadi sorotan publik yang nantinya bisa tersebar luas di masyarakat umum.
“Saya ingin berhenti merokok, sedang berusaha, tapi tidak akan bisa langsung sekaligus,” kata Susi di hadapan ratusan warga Pangandaran saat acara temu warga dan nelayan Pangandaran, Sabtu (1/11/2014) kemarin.
Dengan gaya bicara ceplas-ceplosnya, memakai bahasa Sunda dan sesekali berbahasa Jawa, Susi mengungkapkan bagaimana caranya nanti untuk bisa berhenti merokok. “Ayeuna kan sugan opat jam sakali teu ngaroko. (sekarang sudah bisa paling tidak empat jam satu kali merokok, red),” ujar Susi, menerangkan bagaimana upaya merealisasikan keinginannya untuk berhenti dari kebiasaannya tersebut.
Susi kini tampaknya mulai menyadari bahwa dirinya akan menjadi contoh gaya hidup bagi masyarakat, paling tidak bawahannya di Kementerian yang dipimpinnya saat ini.
Kasihan harus tahan merokok
Melihat kondisi Susi saat ini, Muhyati (49), salah seorang teman sekolah dan juga pegawai perusahan Susi, merasa kasihan kepada majikannya itu jika harus menahan kebiasaannya merokok.
Apalagi, ia mengetahui kalau bos besarnya itu adalah perokok berat sejak dulu. “Jujur saja saya kasihan sama Bu Susi untuk bisa tidak merokok. Soalnya saya tahu kalau perkok kayak saya begini tak akan mudah untuk berhenti sekaligus,” ungkap Muhyati.
Muhyati menilai, sosok majikannya tentu akan tertekan dengan kebiasaan barunya yang tak sebebas dulu sebelum menjadi menteri. Terutama sorotan-sorotan kepada bosnya tersebut yang negatif, mulai kehidupan pribadi dan gaya hidupnya.
“Saya suka kesal kalau ada berita tentang mengangkat pribadi dan kebiasaan Bu Susi merokok. Bukan apa-apa, saya kan sudah kenal dari dulu dan tahu bagaimana Bu Susi. Sudah jadi menteri begini, kasihan kelihatannya kayak lelah banget gitu,” tambah dia.
Kondisi pagelaran acara di rumahnya seperti ini pun berbeda dengan pelaksanaan acara kantor Susi lain sebelum jadi menteri. Kali ini, kata dia, lebih formal dan banyaknya pegawai pemerintah atau protokoler dari kementerian. “Kalau sekarang begini, lebih protokoler. Tapi, mungkin seperti ini peraturannya,” kata dia.
Penulis: Kontributor Ciamis, Irwan Nugraha