Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kasus Arsyad Contoh Komunikasi di Media Sosial yang Tak Beretika

"Cara komunikasi di media mainstream cenderung tak beretika. Indonesia pengguna twitter kelima tertinggi di dunia, tapi pertama dalam tweet negatif."

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Y Gustaman
zoom-in Kasus Arsyad Contoh Komunikasi di Media Sosial yang Tak Beretika
Muhammad Zulfikar/Tribun Jakarta
Muhammad Arsyad 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus penghinaan terhadap Joko Widodo melalui media sosial Facebook oleh Muhammad Arsyad (MA) menjadi contoh bagaimana terlalu bebasnya orang Indonesia dalam memanfaatkan komunikasi di ruang publik.   

Demikian ujar Dirjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Freddy H Tulung di acara Membumikan Bakohumas Dalam Implementasi Visi dan Misi Jokowi-JK Dalam Pemuda dan Olahraga di Auditorium Kementerian Pemuda dan Olahraga, Jakarta, Kamis (6/11/2014).

"Cara berkomunikasi di media mainstream cenderung tidak beretika. Indonesia pengguna twitter kelima tertinggi di dunia, tapi pertama dalam tweet negatif,” tutur Freddy H. Tulung yang juga Ketua Umum Bakohumas.

Menurutnya, internet dan media sosial tidak hanya memberikan manfaat penggunanya, tapi juga memberikan dampak negatif. "Pelecehan seksual melalui internet menjadi hal besar saat ini, kemudian penyebaran paham radikalisme, peredaran narkoba, dan ilegal human trafficking," katanya.

Oleh karena itu, untuk menghindari dampak negatif dari internet dan media sosial, maka diperlukan fungsi edukasi terutama dalam memanfaatkan komunikasi dalam ruang publik. "Komunikasi atau media memainkan peranan edukasi dalam bidang publik," tambahnya.

Bakohumas merupakan forum koordinasi dan kerjasama antarhumas lembaga pemerintah, lembaga negara dan BUMN. Setiap tahunnya dalam jangka waktu tertentu Bakohumas rutin mengadakan forum komunikasi para humas dari berbagai kementerian dan lembaga di Indonesia.  

Berita Rekomendasi

"Event yang dirintis secara rutin tiap bulan ini berpindah-pindah. Tidak hanya bicara mengenai kebijakan masing-masing. Tetapi membuka jaringan untuk kepentingan bersama," tutur Deputi V Bidang Harmonisasi dan Kemitraan Kemenpora Gatot S Dewa Broto.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas