Jokowi: Punya Banyak Sahabat Tapi Merugikan, Ngapain?
Tidak perlu terlalu banyak sahabat kalau lebih banyak ruginya. Itu kata Presiden Joko Widodo.
Editor: Agung Budi Santoso
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joko Widodo menekankan bahwa politik luar negeri Indonesia saat ini tetap bebas aktif. Namun, dia menegaskan, sebanyak-banyaknya sahabat yang dimiliki Indonesia, tidak boleh merugikan kepentingan nasional.
"Bebas aktif, berteman dengan semua negara, manfaat sebesar-besarnya harus dirasakan oleh rakyat. Jangan banyak teman tetapi dirugikan, ngapain? Banyak teman ya harus banyak untung," tutur Jokowi di dalam pesawat kepresidenan, Minggu (16/11/2014).
Jokowi mengungkapkan pentingnya seorang kepala negara ikut dalam forum internasional. Selain bisa mendekatkan diri dengan kepala negara lain, Jokowi mengaku Indonesia juga harus paham arus ekonomi global yang terjadi.
"Supaya arah ekonomi global kita ikuti supaya kita tidak keliru. Meski pun pada akhirnya kepentingan nasional harus didahulukan, tetapi angin ke mana harus kita mengerti," kata dia.
Di dalam forum-forum internasional yang diikutinya, Jokowi mengaku telah menyampaikan agar setiap kebijakan yang disepakati jangan sampai mengancam negara-negara berkembang.
"Harus diberikan peluang fleksibilitas. Jangan harus dipaksa ikut konsensus tertentu. Bisa rugi kita. Karena itu, beberapa komoditas harus kita masukkan agar tak dirugikan. Ini yang harus diperjuangkan," ucap Jokowi.
Selama satu pekan ini, Presiden Jokowi menghadiri KTT APEC di Beijing, Tiongkok, KTT Asean di Myanmar dan KTT G-20 di Australia.
Presiden dalam sejumlah KTT tersebut bertemu dan melakukan pembicaraan bilateral dengan beberapa kepala negara dan pemerintahan termasuk Presiden AS Barack Obama, Presiden Perancis Francois Hollande, Kanselir Jerman Angela Markel dan sejumlah tokoh lainnya termasuk Sekjen PBB Ban Ki-moon. (Sabrina Asril)