Pengamat Minta Oknum TNI dan Brimob Jangan Dilindungi
"Jangan ada upaya rekayasa serta pembohongan terhadap publik," kata Susaningtyas Kertopati.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pengamat Intelijen Susaningtyas Kertopati meminta semua pihak mencari tahu akar masalah bentrokan TNI dengan Brimob di Batam, Kepulauan Riau.
"Hendaknya masing masing institusi berpikir Jernih dan bermoral dalam arti menghargai pengorbanan pendiri dan pendahulu institusi TNI dan Polri," kata Nuning ketika dikonfirmasi, Rabu (19/11/2014).
Nuning meminta semua pihak bersikap arif dengan tidak mengorbankan institusi hanya untuk melindungi oknum yang tidak bertanggungjawab serta bertindak kriminal.
"Jangan ada upaya rekayasa serta pembohongan terhadap publik karena kedua institusi tersebut milik publik katakan apa adanya atas kejadian tersebut," imbuhnya.
Sebelumnya, Komandan Resimen Militer (Danrem) 033 Wira Pratama (WP) Brigadir Jenderal (Brigjend) TNI Eko Margiono mengakui bahwa pelaku penyerangan Barak Teratai Satuan Brimob Polda Kepri di Tembesi adalah anggotanya dari Yonif 134 Tuah Sakti (TS).
Margiono menceritakan, peristiwa itu dikarenakan adanya saling pandang antara dua aparat saat mengisi bahan bakar minyak di salah satu tempat penjual bensin eceran di perumahan Buana Mas, Tembesi. Keributan terjadi antara anggota Yonif 134/TS dan anggota Brimobda Kepri, Rabu (19/11/2014) pagi sekitar pukul 10.15 WIB.
Keributan itupun berujung pada perusakan bangunan Barak Teratai Satbrimob Polda Kepri. Akibatnya, kaca bagian depan Barak Teratai pecah, namun tak menimbulkan korban jiwa.
Peristiwa penyerangan ini terjadi sekitar pukul 11.00 WIB, Rabu (19/11/2014). Sekelompok massa tiba-tiba menyerang ke Barak Teratai di Satbrimob Polda Kepri yang bertempat di Tembesi, Batam.