Ditolak Banyak RS di Jakarta, Balita Pasien Peserta KJS Meninggal Dunia
Awal mulanya, balita Abbiyasa pada sekitar pertengahan November mengalami sakit diare dan muntah-muntah
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Malang benar nasib balita bernama Abbiyasa Rizal Ahnaf (2) yang mengidap penyakit penyumbatan di saluran pencernaan, ia kini harus dipanggil sang khalik hanya karena pihak rumah sakit menolak dengan alasan kamar penuh, tidak lengkapnya peralatan di rumah sakit serta lambat dalam memberikan rujukan kepada pasien.
"Dapat kabar sudah tiada sekitar Jumat kemarin pukul 06.45 WIB. Jantungnya sempat berhenti lalu dipompa dan ditekan-tekan, tapi dokter langsung bilang maaf ibu si adek sudah meninggal dunia," kata ibunda Abbi, Nurhayati saat berbincang dengan Tribunnews.com, Sabtu(29/11/2014). Awal mulanya, balita Abbiyasa pada sekitar pertengahan November tepatnya hari Senin mengalami sakit diare dan muntah-muntah.
Karena tidak kunjung sembuh meski sudah diberi obat oleh keluarga yakni neneknya, akhirnya Abbi langsung dibawa ke IGD Pasar Rebo, Jakarta Timur. "Kita lihat matanya sudah celong kehabisan cairan lalu kita bawa ke IGD RS Pasar Rebo Selasa dua minggu lalu dinihari sekitar jam 03.00 WIB," kata Nurhayati.
Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, Abbi memang usai menjalani operasi di RS Tarakan. Keputusan untuk mengoperasi tersebut didapat setelah selama kurang lebih seminggu Abbi tidak mendapatkan penanganan cepat dari pihak rumah sakit karena banyak penolakan dan lambannya keputusan dalam memberikan rujukan serta tidak lengkapnya peralatan.
Nurhayati yang juga memiliki Kartu Jakarta Sehat (KJS) sudah berjuang kesana kemari untuk segera mendapatkan penanganan, namun dengan alasan kamar rawat penuh dan tidak lengkapnya peralatan, membuat Abbi terlambat untuk segera menerima penanganan medis.
"Di RS Pasar Rebo kita putuskan untuk dirawat di kelas dua dulu tapi dia minta DP Rp 2,6 juta karena kita pakai KJS, kita bayar separuh dulu ke bagian pendaftaran kasih Rp 800 ribu, dengan catatan kalau ada kamar kelas 3 kosong langsung pindah," ujar Nurhayati.
Suami Nurhayati sebelumnya sudah berkeliling mencari rumah sakit yang mau menerima anaknya dengan status pasien KJS. Suaminya kata Nurhayati telah datang ke rumah sakit Haji Pondok Gede, RS Thamrin Salemba, RS Jatisampurna Bekasi, RSCM dan RSPAD.
"Di RS Jatisampurna Bekasi disana dilihat hasil labnya tapi karena leukosit anak saya terlalu tinggi mereka enggak berani merawat karena peralatan tidak lengkap, lalu balik lagi Pasar Rebo, di RSCM, RSPAD juga begitu tidak mau menerima. Terakhir dapat RS Thamrin Salemba disana terima pasien tapi minta deposit Rp 30 juta, karena mereka punya MoU dengan pemerintah sepertinya ada ruang bedahnya, tapi di Thamrin tidak jadi karena RS Pasar Rebo langsung memberi kabar bahwa anak saya mau dibawa ke Tarakan," ujarnya seraya mengatakan saat di RS Tarakan inilah tim dokter langsung memberikan penanganan medis dan melakukan operasi.
Sebelumnya Tribunnews.com mendapatkan broadcast message pasien balita peserta KJS ditolak oleh beberapa rumah sakit. Di pesan tersebut terhitung ada sebanyak 22 rumah sakit menolak melakukan penanganan medis terhadap Abbiyasa.
Berikut ini adalah rumah sakit yang menolak menangani Abbiyasa:
1. RSCM - penuh
2. RSPAD - tidak punya Ruang Picu, tetapi dokter ada
3. RS Haji - Ruang dan dokter ada tp ventilator untuk pasca operasi enggak ada. Jadi dokter enggak berani bedah.
4. RS Polri - penuh
5. RS Harapan bunda - enggak terima pasien BPJS. Dp awal Rp 15-20 juta
6. RSIA Harapan Kita - penuh
7. RS Fatmawati - penuh
8. RS Persahabatan - penuh
9. RS Bunda aliya - enggak punya dokter spesialis
10. RS Tarakan - penuh
11. RS UKI - Enggak punya fasilitas NICU
12. RS Cikini - penuh
13. Carolus - penuh
14. RS Pelni - penuh
15. RS Islam Jakarta - penuh
16. RSPP - enggak terima BPJS
17. RS Bunda Margonda - enggak terima BPJS
18. Rs Permata - enggak ada fasilitas dan dokter
19. Rs Mitra - enggak ada fasilitas dan dokter
20. RS Premier Jatinegara - enggak terima BPJS
21. RS BUNDA Menteng - penuh
22. RS Thamrin - Dp Rp 30 juta