Koalisi Merah Putih Sementara Kuasai Parlemen
Pemilihan Pimpinan MPR itu akhirnya dimenangkan KMP dengan 347 suara. Sementara itu, paket yang diusung partai pendukung Jokowi-JK mendapat 330 suara.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rivalitas antara Koalisi Indonesia Hebat dan Koalisi Merah Putih ternyata tidak berhenti usai Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014. Parlemen kini menjadi arena baru persaingan kedua kubu tersebut.
Berbekal sistem paket yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD atau UU MD3, Koalisi Merah Putih menyapu bersih kursi pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat periode 2014-2019.
Politikus Golkar Setya Novanto terpilih sebagai Ketua DPR didampingi Wakil Ketua DPR Fadli Zon (Fraksi Partai Gerindra), Agus Hermanto (Fraksi Partai Demokrat), Fahri Hamzah (Fraksi Partai Keadilan Sejahtera),Taufik Kurniawan (Fraksi Partai Amanat Nasional).
Dalam paripurna Kamis 2 Oktober 2014, hanya satu paket yang diajukan yakni berasal dari Koalisi Merah Putih. KIH pendukung Jokowi-JK gagal mengajukan paket karena hanya terdiri dari empat fraksi yakni Fraksi PDI Perjuangan, Fraksi PKB, Fraksi Hanura, dan Fraksi Partai NasDem.
Merasa jalannya sidang tak diakomodir pimpinan rapat dan cenderung berat sebelah, mereka memilih walk out dan menyatakan tak bertanggung jawab dengan hasil sidang paripurna.
Kesuksesan KMP berlanjut usai memenangkan persaingan pimpinan MPR. Padahal, KIH yang pada pemilihan pimpinan DPR melakukan aksi walk out akhirnya ikut bertarung dalam perebutan kursi pimpinan MPR. Kepastian KIH dapat mengajukan paket pimpinan MPR setelah PPP akhirnya bergabung dalam koalisi tersebut.
Padahal, saat pemilihan pimpinan DPR, partai berlambang kakbah itu masih tergabung dalam KMP. PPP kecewa karena tidak mendapatkan jatah pimpinan MPR.
KMP yang ingin memenangkan persaingan, kembali merangkul Demokrat dalam perebutan Pimpinan MPR. Sementara unsur DPD tetap masuk dalam kedua paket tersebut.
Sedangkan dari kubu KIH, Hanura rela melepas jatah Pimpinan MPR agar PPP masuk dalam paket yang daijukan pada sidang Paripurna 6 Oktober 2014.
KIH kemudian mengsusung anggota DPD Oesman Sapta sebagai Calon Ketua MPR, sementara Wakil Ketua MPR yakni Ahmad Basarah (PDI-P), Imam Nachrawi (PKB), Patrice Rio Capella (Nasdem) dan Hasrul Azwar (PPP).
Sedangkan KMP mengajukan Zulkifli Hassan (Fraksi PAN) sebagai calon Ketua MPR. Ia dicalonkan bersama empat Wakil Ketua MPR lainnya, yakni Mahyudin (F-Golkar), EE Mangindaan (FDemokrat), Hidayat Nurwahid (F-PKS) dan Oesman Sapta Odang (kelompok DPD).
Pemilihan Pimpinan MPR itu akhirnya dimenangkan KMP dengan 347 suara. Sementara itu, paket yang diusung koalisi partai pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla hanya memperoleh 330 suara.
Dinamika politik KIH-KMP terus berlanjut menjelang pelantikan Joko Widodo-Jusuf Kalla pada 20 Oktober 2014. Dengan berkuasanya KMP di parlemen, isu pun berhembus dengan sabotase pelantikan Jokowi-JK oleh MPR.
Dimulai dengan tak kuorumnya sidang paripurna hingga hujan interupsi saat pelantikan Jokowi-JK. Isu hanya isu. Ketua MPR Zulkifli Hassan menjamin siap menyukseskan pelantikan presiden dan wakil presiden.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.