Kisah Calon Penumpang AirAsia yang Awalnya Marah tapi Belakangan Bersyukur
Ari dan keluarganya merupakan calon penumpang pesawat dengan nomer QZ8501 dari Surabaya menuju Singapore yang hilang kontak
Penulis: Rahmat Patutie
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rahmat Patutie
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Ari Putro Cahyono (33) diam mematung dan menitikan air mata saat menerima kado Natal. Hadiah tersebut adalah sebuah kabar yang tak dapat dilupakan.
Ari dan keluarganya merupakan calon penumpang pesawat dengan nomer QZ8501 dari Surabaya menuju Singapore yang hilang kontak dengan air traffic control (ATC).
Ia bersama keluarga ingin berangkat berlibur akhir tahun menggunakan pesawat itu. Di antaranya dirinya beserta Istri bernama Anggi Mahesti, kedua anaknya Rahardian Putro Wicaksono (4) dan Putri Sekar Arum (11 bulan). Ibu kandungnya Mujilah Sudibyo (57). Kemudian kakak perempuan Ari, Kritiana Wati dan sang suami Jodi Wibawanto berserta tiga anak bernama Daniel Condrominoto (7), Gideon Satrio (5), Sudibyo Samuel (7 bln).
"Ini kado Natal yang Indah, mas enggak berangkat, mas selamat, pesawat hilang kontak," kata seorang petugas Bandara kepada Ari saat lagi kesal karena ditinggal penerbangan. Hal itu diulangi Ari saat dihubungi Minggu, (28/12/2014) malam.
Mulanya ia mengaku jengkel kala saat menukar tiket dilayani dengan tak bisa berangkat. Dengan alasan itu, ia panik dan sempat tak menahan emosi. "Datang ke sana, saya kaget, kok pesawat sudah final berangkat ke Singapura. Saya langsung menuju ke tiketing, saya marah-marah," kata Ari.
Hal ini bermula hanya salah paham. Jadwal dalam tiket keberangkatan yang Ari bawa tertulis perpukul 07.30 WIB pagi. Sementara pesawat sudah mengudara sejak pukul 06.20 WIB.
Dijelaskan Ari, rupanya AirAsia sudah memberi pesan singkat elektronik (email) dan menghubunginya sejak tanggal 15 dan 26 Desember 2014. Bahwa keberangkatan mereka menjadi 28 Desember pukul 06.20 WIB. Namun pesan tersebut tak kunjung dibaca Ari.
"Saya tidak tahu, karena kebiasaan buruk saya jarang buka email. Kemudian mereka tunjukkan emailnya ada juga history callnya," ujarnya.
Namun, siapa sangka, kebiasaan yang tak baiknya itu berujung dengan kado sepesial. Sekitar pukul 10.30, di sela-sela berdiri panik menunggu, Ari didatangi seseorang menggunakan name tag petugas bandara pada seragam. Orang itu, kata Ari, memberi kabar baik karena sudah melihat sikapnya yang kerap marah-marah saat komplain gagal berangkat di bandara.
"Mendapat kabar pesawat hilang kontak Saya cuma nangis, kami sekeluaga nangis. Kami mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan, lalu orang tua saya memutuskan kami tidak usaha berangkat. Kami kembali ke rumah," imbuhnya.
Sementara Anggi Mahesti, sang istri menyebutkan, sempat ditawarkan oleh pihak AirAsia untuk mengikuti jadwal penerbangan berikutnya yaitu pukul 12.00 WIB siang, melalui penerbangan Surabaya-Jakarta, kemudia Jakarta-Singapura sekitar pukul 16.45 WIB.
"Kami kan masih menunggu. Lalu jam 10 kami mendapat kabar dari seseorang pesawat pagi 06.20, ternyata hilang kontak. Sudah lemes kami sudah enggak ada nyali mau berangkat." katanya.
Ketika itu, Ia mengaku, tak lagi bisa berbuat apa-apa selain menangis. Ia pun tak dapat menahan rasa syukurnya kepada Yang Maha Kuasa, karena masih diberikan keselamatan kepada dirinya beserta keluarga.
"Ibu juga menangis dan bilang ayo pulang, enggak usah pergi. Kami sudah rugi tapi tidak apa-apa, yang jelas kami bersyukur Tuhan masih mengasih hidup, mengasih selamat," terangnya.
Ari sekeluarga pun meninggalkan bandara pada pukul setengah dua belas siang. Sebelumnya, pesawat jenis Airbus A320-200 membawa 155 penumpang. Sebanyak 138 penumpang dewasa, 16 anak dan satu bayi, dua pilot, empat awak kabin dan satu teknisi. Selain penumpang, pesawat Airbus tersebut tersebut juga mengangkut 7 awak pesawat yang dikapteni oleh Kapten Pilot penerbang Irianto.