Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Naikkan Harga Elpiji 12Kg, Pemerintah Dianggap Mempermainkan Rakyat

Pemerintah dinilai mempermainkan masyarakat dengan menaikkan harga elpiji 12 kilogram

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Naikkan Harga Elpiji 12Kg, Pemerintah Dianggap Mempermainkan Rakyat
TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
PASANG SEGEL - Pekerja memasang segel pada setiap tabung gas elpiji 12 kilogram di agen resmi gas elpiji PT Limas Raga Inti, Jalan Emong, Kota Bandung, Minggu (4/1). Terhitung 2 Januari 2015, PT Pertamina telah menaikan harga gas elpiji kemasan 12 kg dari Rp 114.200 menjadi Rp 134.000 per tabung (harga agen). TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Ferdinand Waskita

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pemerintah dinilai mempermainkan masyarakat dengan menaikkan harga elpiji 12 kilogram. Setelah sebelumnya menurunkan harga BBM hanya Rp900per liter.

"Ini sama saja dengan tindakan memindahkan beban fiskal yang berat kepada pundak rakyat. Kalau memang benar-benar harga minyak diserahkan ke pasar bebas, harusnya bea produksinya lebih rendah yaitu tidak lebih dari Rp.6000 per liter. Karena minyak dunia saat ini sedang turun," kata Ketua Komisi VI DPR Hafisz Tohir melalui pesan singkat, Selasa (6/1/2015).

Ia menilai permainan pemerintah terlihat norak dengan menurunkan harga BBM Tetapi juga menaikkan harga elpiji 12Kg. Harga kenaikan itu sebesar Rp 1500 per KG sehingga harga elpiji 12 KG menjadi Rp160 ribu.

"Seharusnya ongkos atau harga Energi nasional yg menyangkut hajat hidup rakyat banyak tidak boleh dilepas ke pasar bebas. Kebijakan melanggar Pasal 33 UUD 1945. Dan juga keputusan MK yg baru lalu," kata Politisi PAN itu.

Meruginya pemerintah, kata Hafisz, karena Pertamina berpatokan pada harga minyak mentah dari Saudi Arabia. Dengan demikian menjadi tidak adil dalam penentuan harga.

"Quo vadis pemerintahan Jokowi, kami memandang arah kebijakan pemerintah telah jauh bergeser dari isi janji janji pilpres kemarin yang pro rakyat namun kini pro kapitalis bahkan berpotensi menjadi neo liberal," katanya.

BERITA REKOMENDASI
Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas