Patung Buddha Tidur Terbesar di Indonesia Ada di Tonjong, Bogor
Di vihara yang terletak di Desa Tonjong ini, terdapat patung Buddha Tidur yang berukuran sepanjang 18 meter dan setinggi 5 meter
Editor: Gusti Sawabi
Tribunnews.com - Agama Buddha adalah salah satu agama tertua di Indonesia. Jejak agama yang ini telah menyebar ke seluruh penjuru nusantara. Salah satu buktinya ada di Vihara Buddha & 8 Pho Sat di Kampung Jati, Desa Tonjong, Kecamatan Tajur Halang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Ketika sampai di vihara, sebuah stupa terletak di depan tembok hitam dengan motif pahatan orang Buddha sedang beribadah, stupa Sidharta Gautama, pohon-pohon, dan motif lain yang berwarna emas menyambut. Warna merah mendominasi bangunan peribadatan umat Buddha ini. Di bagian atas gapura, motif bunga-bunga terlukis. Biru, hijau, dan merah muda menemani warna merah.
Di vihara yang terletak di Desa Tonjong ini, terdapat patung Buddha Tidur yang berukuran sepanjang 18 meter dan setinggi 5 meter. Patung besar ini tampak tidur "nyenyak" di bawah lindungan atap salah satu bangunan vihara. Di sisi kiri dan kanan Buddha Tidur, miniatur Buddha duduk berjajar di dalam lemari kaca.
Patung-patung kecil itu merupakan bentuk kenangan dari para penyumbang vihara ini. Sementara sang Buddha Tidur berbadan keemasan ini terlihat tidur tersenyum bertumpu dengan tangan kanannya. Di belakangnya, pemandangan gunung beserta pohon Bodhi terbentang.
Terbujur kaku di depan pelataran yang di atasnya terdapat gelas-gelas lilin, dupa-dupa, buah jeruk, dan sebuah gentong emas, patung ini dimulai dibangun pada tahun 2010 dan diresmikan oleh Djoko Wuryanto selaku Dirjen Bimas Agama Buddha Departemen Buddha pada tahun 2012. Umat Buddha yang beribadah di vihara ini, akan mengakhiri prosesi ibadah di patung Buddha Tidur setelah mengunjungi altar 8 Pho Sat di bangunan yang terpisah.
"Patung Buddha Tidur ini sebenarnya tidak tidur melainkan sedang bermeditasi. Dikatakan Buddha Tidur karena Buddha tersebut dibangun dalam posisi tidur yang menghadap kanan. Uniknya, posisi tidur yang menghadap kanan ini mempunyai filosofi di baliknya. Tidur menghadap kanan adalah posisi terbaik untuk jantung karena tidak terbebani," kata Ketua Pembina Yayasan Budha Dharma & 8 Pho Sat Ade Suwanto Dhanujaya (68),
Ia menambahkan bahwa patung ini merupakan yang terbesar di Indonesia dan satu-satunya Buddha Tidur yang ada di Provinsi Jawa Barat. Patung yang juga disebut "Sleeping Buddha" ini juga ada di Mojokerto, Jawa Timur. Patung Buddha Tidur lainnya sebenarnya ada juga luar negeri seperti Tiongkok, Thailand, dan Malaysia. Perbedaannya dengan patung yang ada di luar negeri adalah bahan dasar pembuatan patung yaitu batuan alami yang dipahat langsung.
Patung Buddha Tidur ini dibuat oleh seniman pahat dari Bandung, Jawa Barat. Cara membuatnya batu kali dikumpulkan untuk dibentuk seperti patung dengan ukuran yang telah ditentukan. Kemudian dicor dan proses penyelesaiannya dipahat dan dicat.
Wahyu Adityo Prodjo Stupa Buddha di dekat pintu masuk Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat, Bogor, Jawa Barat.
"Kalau di tempat lain, misalnya di Mojokerto, pengelolanya memperbaiki patung setiap tahun. Nah, kalau di sini, karena terlindung atap jadi tidak perlu biaya pemeliharaan," ujar Ade.
Pada awal pembangunan vihara ini, Ade sebelumnya mendapatkan wangsit dalam meditasinya. Kemudian keluarga, sahabat, dan teman-temannya sepakat untuk membangun Vihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat beserta Patung Buddha Tidur. Dinamakan "8 Pho Sat" karena di dalam vihara, selain Siddhartha Gautama ini terdapat 8 tokoh ajaran Buddha. Pho Sat berarti "Yang Tertinggi dan Yang Telah Mencapai Penerangan Sempurna".
Berdasarkan catatan sejarah, Siddhartha Gautama dilahirkan pada tahun 563 SM (sebelum masehi) di Taman Lumbini, saat ibunya Ratu Maha Maya berdiri memegang dahan pohon sala. Dari sejak kecil sampai umur 10 tahun, Pangeran Siddhartha hidup dalam kesenangan duniawi.
Pada umur 29 tahun, Sidharta meninggalkan istana, keluarga, kemewahan, untuk pergi berguru ilmu sejati yang dapat membebaskan manusia dari usia tua, sakit, dan mati. Siddhartha Gautama berkelana menyebarkan dharma selama 45 tahun lamanya kepada umat manusia dengan penuh cinta dan kasih sayang hingga akhirnya mencapai usia 80 tahun.
(Wahyu Adityo Prodjo)