Pasar Taruhan Dilantik Atau Tidaknya Budi Gunawan Meningkat Tajam
Walau mengaku tidak mengetahui secara persis dimana letak taruhan tersebut, Martin mengatakan penelepon dia itu adalah kolega lama bernama Handoko.
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Gusti Sawabi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eri Komar Sinaga
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Lebih dari sebulan Indonesia tidak memiliki Kapolri. Kepala Lembaga Pendidikan Polri Komisaris Jenderal Budi Gunawan yang berhak atas jabatan prestisius tersebut belum kunjung dilantik Presiden Joko Widodo.
Kini, bahkan peluang Budi menduduki kursi Tri Bharata I semakin menciut lantaran Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) dikabarkan sudah menyetor enam nama baru ke Presiden Joko Widodo.
Geliat menuju kursi Kapolri ternyata juga diikuti di meja taruhan. Sebuah tempat taruhan tersembunyi di kawasan Mangga Besar sejak dua pekan ini dikabarkan aktif memonitor perkembangan politik apakah Presiden Joko Widodo jadi melantik Budi Gunawan.
"Dua minggu ini pasar taruhan meningkat tajam. Tiap hari saya ditelepon berkali-kali. Akhirnya kita pun merasa terganggu karena dia ingin menang. Dia merasa sekecil apapun informasi dari kita bagi dia berharga," ungkap anggota DPR RI Martin Hutabarat di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (14/2/2015).
Walau mengaku tidak mengetahui secara persis dimana letak taruhan tersebut, Martin mengatakan penelepon dia itu adalah kolega lama bernama Handoko. Handoko rupanya berani intens berbicara lewat sambungan telepon karena mereka sudah kenal 20 tahun lalu dengan anggota Komisi III DPR RI itu.
"Nama itunya Handoko. Orang Siantar," kata politikus Partai Gerindra itu.
Suatu waktu, kisah Martin, Handoko mengontak Martin apakah Budi Gunawan jadi dilantik. Pasalnya, Handoko mengamati mimik Jokowi melalui layar kaca seolah-olah akan melantik jenderal bintang tiga tersangkut kasus gratifikasi dan janji itu.
"Ah tapi kan mimik presiden tadi malam seolah-olah yakin. Tenang dia, Bang," kata Martin menirukan suara Handoko.
"Itu kan menentukan soal menang atau tidak. Mereka itu sangat mengikuti sekali, memperhatikan presiden. Sudah berpuluh-puluh juta di sana," tukas Martin.