Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Menko PMK Dorong LIPI Terus Lakukan Penelitian dan Inovasi

Kata Puan, sudah saatnya swasta ikut didorong dengan memberikan insentif agar membelanjakan lebih besar lagi untuk kegiatan riset dan inovasi.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Menko PMK Dorong LIPI Terus Lakukan Penelitian dan Inovasi
ist
Menko PMK Puan Maharani saat Pembukaan Rapat Kerja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Gedung LIPI, Jakarta, Rabu (11/3/2-15). 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Meskipun anggaran untuk lembaga penelitian belum maksimal, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) diharapkan untuk terus melalukan berbagai penelitian dan inovasi yang bermanfaat bagi masyarakat.

Demikian dikatakan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani saat Pembukaan Rapat Kerja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia di Gedung LIPI, Jakarta, Rabu (11/3/2015).

“Pemerintah berkomitmen untuk menaikkan anggaran penelitian dan pengembangan inovasi. Hal ini menjadi suatu kesempatan untuk meningkatkan performa dan produktivitas karya riset, sehingga implikasi teknologi bagi masyarakat pada lima tahun ke depan harus dapat diandalkan,” kata Puan.

“Salah satu tantangan klasik yang kerap menerpa lembaga penelitian di Indonesia adalah keterbatasan dana. Akselerasi perkembangan riset dan teknologi di Indonesia tidak sepesat di negara-negara maju yang mendapatkan kucuran dana yang tinggi,” jelas Puan.

Persentase anggaran untuk kegiatan riset sejauh ini masih didominasi anggaran pemerintah, yaitu 81,1 persen, sedangkan swasta 14,3 persen dan perguruan tinggi 4,6 persen. Secara keseluruhan, anggaran riset di Indonesia hanya berkisar 0,08 persen dari produk domestik bruto (PDB).

Padahal menurut rekomendasi United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organisation (UNESCO), rasio anggaran Iptek yang memadai adalah sebesar 2 persen dari PDB.

Oleh karena itu, kata Puan, sudah saatnya swasta ikut didorong dengan memberikan insentif agar membelanjakan lebih besar lagi untuk kegiatan riset dan inovasi.

Berita Rekomendasi

Puan mengutip laporan World Economic Forum (WEF), Indeks Kompetitif Global Indonesia pada tahun 2014/2015 berada di peringkat ke-34 naik dibandingkan tahun 2013/2014 yang di peringkat 38. Namun demikian, dari 12 pilar Indeks Kompetitif Global, Indonesia masih harus memacu empat pilar yang masih tertinggal, yaitu: infrastruktur, kesiapan teknologi, pendidikan tinggi dan training, dan inovasi.

Dia berharap, peringkat daya saing Indonesia akan terus meningkat secara berkelanjutan dan semakin tinggi apabila didukung oleh penelitian, teknologi dan inovasi yang kuat.

“LIPI merupakan salah satu tumpuan dalam mengatasi kelemahan Indeks Kompetitif Global Indonesia,” harap Puan.

Untuk menjadi negara besar dengan penelitian dan inovasi yang kuat, menurut Puan, Indonesia memerlukan dukungan sumber daya penelitian yang kuat. Di bidang SDM, jumlah peneliti dan perekayasa Indonesia masih sangat minim dibandingkan negara-negara maju.

Puan juga mengajak para peneliti ikut menjadi bagian dari gerakan Revolusi Mental. Peneliti-peneliti Indonesia hendaknya menjadi motor penggerak dalam membangun Indonesia menjadi Indonesia yang Berdaulat, Berdikari dan berkepribadian.

Dalam menghadapi tantangan ke depan bangsa akan ketersediaan energi, pangan kesehatan, lingkungan dan perubahan iklim, Puan meminta dikembangkan grand design riset jangka panjang hingga 2035.

“Hal ini penting agar kegiatan riset dan inovasi lebih terarah, dan disinergikan juga dengan program pengembangan science and techno park, yang dikembangkan oleh perguruan tinggi yang ditugaskan sebagai center of excellence,” jelasnya.

Beberapa hal lain yang disinggung Puan dalam keynote speechnya adalah soal kinerja dosen atau peneliti dalam melakukan penelitian dan mempublikasikan hasil penelitiannya juga belum menggembirakan. Atau belum adanya konsep intermediasi antara peneliti yang menghasilkan infrastruktur Iptek dalam pengembangan inovasi teknologi.

“Peran institusi yang mengolah dan menerjemahkan hasil pengembangan Iptek menjadi preskripsi teknologi yang siap pakai belum optimal. Belum ada konsep yang efektif yang menjadi jembatan antara penyedia dan pengguna hasil riset,” ucapnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas