Anggota DPR Nilai Berlebihan Buku Pelajaran SMA Berisi Ajaran ISIS
Buku tersebut karya Mustahadi dan Mustakim terbitan Pusat Kurikulum Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi X DPR Reni Marlinawati berkomentar mengenai buku pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk SMA kelas XI.
Buku tersebut karya Mustahadi dan Mustakim terbitan Pusat Kurikulum Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.
"Saya sudah membaca buku tersebut. Memang tampak sekilas ada bagian-bagian di dalam buku tersebut yang sekilas tampak mengejutkan khususnya di bagian Islam Masa Modern," kata Reni dalam keterangannya, Sabtu (21/3/2015).
Ia mencontohkan pada halaman 168 yang menjelaskan soal gerakan salaf dengan ciri di antaranya memerangi orang-orang yang menyimpang dari aqidah kaum salaf seperti kemusyrikan, khurafat, bida'ah, taqlid, dan tawassul.
Di bagian lainnya di halaman 170 yang menjelaskan tokoh-tokoh pembaharu dalam Islam yakni Muhammad bin Abdul Wahab (pendiri kelompok wahabi) disebutkan pendapatnya di antaranya: "menyebut nama nabi, syekh, atau malaikat sebagai perantara dalam doa juga merupakan syirik".
"Isi buku di halaman 168 dan 170 sebenarnya menjelaskan soal ciri khas kelompok salaf dan pendapat Muhammad Abdul Wahab (pendiri wahabi). Memang, jika hanya membaca penggalan dari poin-poin tersebut seolah isi buku ini menganjurkan kekerasan dan sikap intoleran. Padahal, dalam hemat saya buku ini tidaklah menganjurkan hal tersebut. Bagian itu hanya mendeskripsikan ajaran dan paham dari kelompok itu. Karena di bagian lainnya, terdapat bab Toleransi sebagai alat pemersatu bangsa," jelas Politisi PPP itu.
Ia menilai sungguh berlebihan bila buku tersebut disebut berisi ajaran ISIS. Bagi Reni, tudingan sensasional yang bermotif ngepop. Karena memang saat ini isu ISIS lagi booming.
"Sebaiknya, kita menghindari dari hal-hal yang membuat kegaduhan yang jauh dari hal-hal substanstif," katanya.
Hanya saja, ujar Reni, ada yang kurang dalam buku ini khususnya di bagian "Islam Masa Modern". Bab ini tampak kurang lengkap dengan tidak menampilkan tokoh-tokoh pembaharu Islam dari Indonesia di antaranya KH Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asyari, Buya Hamka, M. Natsir, Nurcholis Madjid (Cak Nur) serta KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Tokoh-tokoh Islam Indonesia tersebut terbukti pemikiran tentang keislaman telah memberikan kontribusi nyata dalam perkembangan Islam.
"Semestinya penulis buku tersebut menekankan pada sosok-sosok pemikir Islam Indonesia yang memang menyerukan pada pemahaman keislaman yang moderat, toleran dan bercirikan Islam Nusantara," ujarnya.
Ke depan, kata Reni, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam pembuatan buku-buku ajar agar memperhatikan aspek keindonesiaan serta menghindari dari hal-hal yang menimbulkan polemik di tengah publik.