Daeng Koro, Teroris Pembunuh Polisi hingga Otak Gerakan Radikal
Polisi tengah mengecek DNA terduga teroris yang ditembak di Pegunungan Sakina Jaya, Desa Pangi, Kecamatan Parigi Utara
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Polisi tengah mengecek DNA terduga teroris yang ditembak di Pegunungan Sakina Jaya, Desa Pangi, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parimo, Sulawesi Tengah, Jumat (3/4/2015) lalu. Polisi menduga kuat yang bersangkutan adalah Sabar Subagyo atau yang dikenal sebagai Daeng Koro.
Kepolisian memiliki catatan panjang soal sepak terjang pria yang disebut-sebut merupakan kaki tangan teroris yang paling dicari Polisi, yakni Santoso. Catatan itu mulai dari keterlibatannya dalam pelatihan kelompok radikal hingga menjadi dalang dalam serangkaian pembunuhan polisi dan masyarakat adat.
"Catatan pertama, Daeng Koro adalah pelatih dan ketua pelaksana beberapa kegiatan tadrib asyakari yang dilaksanakan di sejumlah wilayah di Sulawesi," ujar Kepala Penerangan Divisi Humas Polri Kombes Rikwanto, Minggu (5/4/2015).
Pembunuh polisi dan warga
Kedua, Daeng Koro diduga sebagai aktor intelektual dalam pembunuhan dua personel polisi, Briptu Andi Sapa dan Brigadir Sudirman di pegunungan Tamanjeka, Poso. Kedua Polisi itu menghilang pada 8 Oktober 2012 lalu. Keduanya akhirnya ditemukan aparat Kompi B Batalyon Infanteri 714 Sintuwu Maroso, Selasa 16 Oktober 2012 dalam keadaan tewas mengenaskan di antara Dusun Weralulu di Desa Tokorondo, dan Dusun Tamanjeka di Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir.
Dua mayat itu ditemukan terkubur dengan luka gorok pada leher, di lubang dengan kedalaman sekitar satu meter dan lebar seukuran badan. Polisi itu dikubur dengan posisi bertumpuk satu sama lain dengan posisi kepala satu orang berada di kaki yang lain, dan hanya menggunakan pakaian dalam. Kondisi mayat sudah bengkak dan seluruh tubuh tertutup lumpur.
Ketiga, Daeng Koro terlibat penghadangan dan penembakan yang mengakibatkan tewasnya tiga Brimob di Desa Kalora, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Kamis 20 Desember 2012. Anggota Brimob yang tewas itu adalah Briptu Ruslan, Briptu Winarto, dan Briptu Wayan Putu Aryawan.
Insiden terjadi ketika petugas gabungan dari Resimen Kelapa Dua Mabes Polri dan Polda Sulteng yang sedang melakukan patroli motor diberondong tembakan dari arah perbukitan. Personel kesulitan membalas lantaran arah tembakan berasal dari hutan.
Keempat, Daeng Koro dan rekan-rekannya juga sempat terlibat kontak senjata dengan personel Brimob di Gunung Gayatri, Desa Maranda, Poso pada pertengahan 2012 silam.
Kelima, Daeng Koro diduga terlibat dalam aksi penembakan kepada masyarakat biasa di Dusun Tamanjeka, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir pada Juni 2014. Beruntung, tidak ada korban meninggal dunia.
Otak Kelompok Radikal
Rikwanto melanjutkan, Daeng Koro adalah ahli strategi kelompok radikal Mujahidin Indonesia Timur (MIT). Kelompok ini adalah saudara MIB (Mujahidin Indonesia Barat) yang diketuai Abubakar Ba'asyir.
"Daeng Koro mempertemukan MIT dengan kelompok Makassar, sehingga keduanya akhirnya terhubung," ujar Rikwanto.
Pria yang disebut-sebut disertir personel Komando Pasukan Khusus (Kopassus) tersebut memiliki keahlian berperang di hutan serta keahlian pembuatan bahan peledak. Dia juga diketahui sebagai penyedia senjata api untuk kelompok radikal yang ingin melancarkan teror.
Namun, soal isu bahwa Daeng Koro adalah mantan anggota Kopassus belum terkonfirmasi. Danjen Kopassus Mayjen Doni Munardo menolak memberikan keterangan soal itu saat ditemui Kompas.com pada Minggu pagi.
Saat ini, tim dari Mabes Polri akan mengambil sampel darah keluarga Daeng Koro untuk dicocokkan dengan contoh darah jenazah korban. Saat ini, jenazah disemayamkan di RS Bhayangkara Polda Sulawesi Tengah, sehingga dapat dipastikan bahwa itu adalah Daeng Koro.
Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror terlibat kontak tembak dengan sejumlah orang tidak dikenal, Jumat (3/4/2015). Kontak tembak terjadi sekitar pukul 12.00 Wita di Pegunungan Sakina Jaya, Desa Pangi, Kecamatan Parigi Utara, Kabupaten Parimo, Sulawesi Tengah. Satu orang tewas dalam kontak tembak itu.
Peristiwa bermula saat warga melaporkan ada enam orang tak dikenal di rumahnya, usai melaksanakan salat Jumat. Warga itu kemudian melapor ke Markas Polres Parimo. Tim Densus 88 Antiteror langsung melakukan penyisiran ke arah lokasi. Tim melihat ada sekitar 12 orang tak dikenal. Anggota Densus 88 sempat melakukan tembakan peringatan ke selusin orang tak dikenal itu. Kemudian, terjadi balasan hingga menimbulkan kontak tembak selama satu jam. Kelompok bersenjata tersebut kemudian melarikan diri ke arah pegunungan.(Fabian Januarius Kuwado)