Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengamat: Presiden Harus Kembali ke Jalan Nawa Cita

Presiden dan sebagian besar jajaran kabinetnya pun nyaris tak pernah lagi menyitir Nawa Cita.

Penulis: Hasanudin Aco
zoom-in Pengamat: Presiden Harus Kembali ke Jalan Nawa Cita
Tribunnews.com/Tribunnews.com/Andri Malau
Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi) memberikan keterangan pers terkait meminta pelaku industri mebel dan kerajinan menggejar ketertinggalan nilai ekspor mebel dan Furniture Indonesia dari Negara tetangga, Vietnam. Jokowi menantang pengerajin dan pengusaha bidang mebel dan Furniture dapat mencapai angka USD 5 Miliar dalam lima tahun.Hal itu disampaikan Jokowi usai membuka Pameran Indonesia International Furniture Expo (IFEX) Tahun 2015, di Pusat Niaga JI-EXPO, Kemayoran, Jakarat, Kamis (12/3/2015). (Tribunnews.com/Andri Malau) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Nawa Cita sebagai agenda pokok dan janji politik Presiden Jokowi saat kampanye Pilpres dulu, cenderung tak lagi terdengar.

Presiden dan sebagian besar jajaran kabinetnya pun nyaris tak pernah lagi menyitir Nawa Cita.

‎Demikian penilaian Haryadi, pengamat politik dari Unair, Selasa (7/4/2015).

Mengingat keadaan seperti ini, kata Haryadi, PDI-Perjuangan sebagai pengusung Presiden Jokowi patut mengingatkan Presiden dan pemerintahannya agar kembali ke jalan Nawa Cita.

Mengingat Nawa Cita adalah merupakan jawaban atas problema bangsa yang dijabarkan dari ajaran Trisakti Bung Karno, maka menurut Haryadi, pantas jika PDI-Perjuangan memiliki pusat kepedulian terhadap Nawa Cita.

"Forum yang tepat untuk mengajak Presiden kembali ke jalan Nawa Cita adalah kongres partai di Bali," ujar Haryadi.

Dia menyebutkan bahwa saat ini terkesan publik warga-negara bahkan tak peduli dengan Nawa Cita. Terkesan kuat seolah Nawa Cita hanya slogan kampanye Presiden.

Berita Rekomendasi

Keberadaannya dimaknai tak lebih dari sekadar "mantra pemikat" yang tidak operasional.

Dia menegaskan seharusnya Pemerintah berjalan sesuai agenda yang dijanjikan dan bisa ditagihkan. Kiranya perlu diingat bahwa dalam tatanan sistem presidensial, maka agenda dan janji politik saat kampanye akan menjadi GBHN bagi Presiden terpilih.

"Seharusnya Nawa Cita menjadi GBHN bagi pemerintahan Presiden Jokowi. Jadi, seharusnya Nawa Cita menjadi sumber inspirasi bagi tiap kebijakan pemerintahan sekarang. Adapun publik warga-negara berhak menuntut janji kepada pemerintahnya mengacu substansi Nawa Cita," tandasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas