Mario Minta Didoakan Sang Adik Sebelum Menyusup Roda Pesawat ke Jakarta
Dek, saya mau ke Jakarta. Tolong, doakan biar saya selamat sampai di sana
Penulis: Abdul Qodir
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Dek, saya mau ke Jakarta. Tolong, doakan biar saya selamat sampai di sana."
Begitu pengakuan Mario Steven Ambarita (21) seperti ditirukan petugas Otoritas Bandara usai keduanya berbincang di kantor Otoritas Bandara Wilayah I, kawasan Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Selasa (7/4/2015) malam.
Menurut petugas Otban yang enggan disebutkan namanya itu, Mario merupakan pemuda kelahiran Jakarta, 30 Agustus 1993, namun tumbuh besar di Desa Bagan Batu, Bagan Sinembah, Rokan Hilir, Riau.
Ia merupakan anak sulung dari lima bersaudara pasangan Manahan Ambarita dan Tiar Sitanggang, yang kesehariannya bekerja sebagai buruh tani.
"Dia hanya bilang sempat pamit mau ke Jakarta dan titip pesan kepada adiknya saja. Kalau ke orang tuanya, dia tidak bilang," ujar petugas itu.
Satu tujuan Mario datang ke Jakarta dengan mempertaruhkan nyawanya, yakni menemui langsung Presiden RI, Joko Widodo atau Jokowi.
"Dia saat ditemukan nggak bawa barang apa-apa, hanya pakaian yang dipakainya itu. Keluarganya tinggal di desa. Saya sih kasihan lihatnya, mau ketemu presiden sampai sebegitu caranya. Menurut saya, caranya itu salah. Kan nyawa taruhannya," tuturnya.
Diberitakan, aksi Mario Steven Ambarita (21) menyelinap ke roda pesawat Garuda G177 penerbangan Pekanbaru-Jakarta, Selasa (7/4/2015) petang, membuat geger Tanah Air.
Sebab, ia bisa selamat setelah beraksi bak film action dengan menyelinap dan bersembunyi di roda pesawat hingga ikut penerbangan dari Pekanbaru ke Jakarta selama 1 jam 10 menit.
Padahal, saat itu ketinggian pesawat mencapai 30 ribu hingga 34 ribu kaki, suhu udara 0 derajat dan tekanan udara rendah.
Ia ditemukan petugas sesaat keluar dari roda pesawat di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, dengan kondisi sebagian tubuh sudah membiru, telinga kiri mengeluarkan darah dan beberapa bagian tubuhnya lecet-lecet.
Pemuda berperawakan kecil dan berkulit gelap itu juga mengalami kekurangan oksigen dan dehidrasi.
Kini, kasus Mario ditangani oleh penyidik PNS Otban Wilayah I karena kejadian tersebut terjadi di dalam kawasan landasan bandara.