Wayang Golek dan Kain Tenun Turut Dipamerkan di KAA
"Jadi ada juga wayang yang mewakili karakter-karakter Asia Afrika," tegas Benny.
Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wayang-wayang produksi Djawa Arts & Cratfs, turut dipamerkan di lokasi Konferensi Asia Afrika, JCC, Jakarta Pusat.
Pameran tersebut digagas oleh Menteri Perdangan, guna menyemarakan event internasional yang dihadiri sekitar 87 kepala negara.
Benny Adrianto, pemilik sekaligus pengembang produk Djawa Arts & Crafts mengatakan, wayang-wayang yang ditampilkan dalam pameran dasarnya merupakan wayang golek. Tetapi, wayang-wayang ini sengaja dibalut dengan karakter sejumlah daerah di Indonesia. Misalnya karakter Kota Palembang, Lampung, Yogyakarta, dan NTT.
"Karakter di sini maksudnya wayang-wayang ini menggunakan pakaian adat. Jadi wayang-wayang ini mewakili karakter-karakter di Indonesia," kata Benny ditanyai wartawan, Minggu (19/4/2015).
TIdak hanya mewakili karakter sejumlah daerah di Tanah Air, kata Benny, ada beberapa juga yang sengaja dibalut dengan karakter negara anggota KAA. Itu sebagai simbol kegiatan.
"Jadi ada juga wayang yang mewakili karakter-karakter Asia Afrika," tegas Benny.
Benny mengaku banyak delegasi negara anggota KAA yang tertarik dengan wayang karakter ini. Bahkan Duta Besar Indonesia untuk Belgia, Mohamad Oemar membeli wayang berkarakter Palembang, lengkap dengan pakaian penganting adat Sriwijaya. Wayang yang dibeli Dubes Oemar itu, lanjut Benny, dibuat dengan material berkualitas terbaik.
"Dubes Indonesia untuk Belgia tadi beli wayang karakter pengantin Sriwijaya. Harganya Rp 15 juta. Dia sengaja beli buat dibawa ke Belgia nanti," kata Benny.
Selain wayang, produksi-produksi khas kebudayaan Indonesia buatan sejumlah UKM juga dipamerkan di KAA ini. UKM Zaenal Songket yang memproduksi kain songket khas Palembang, contohnya. "Ini ditenun, bukan mesin," kata Andin, seorang pengrajin Songket di stand pameran.
Adapun motif Songket yang dipamerkan ini, di antaranya motif Bunga China, Bintang Berantai, dan Limar. Untuk harganya bervariatif. Tergantung jenis bahan dan tingkat kesulitan membuat motif.
"Yang Bunga China harganya Rp 7,5 juta, yang Limar Rp 3,5 juta," kata Andin. Meski begitu, stand-stand di bawah Kementerian Perdagangan dalam pameran KAA ini tidak menjual barang-barangnya di lokasi, melainkan hanya bisa dipesan untuk dibeli. Berbeda dengan stand-stand yang bukan di gandeng Kementerian Perdangan.