Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Politisi Golkar Ini Sebut Jokowi dan JK Tidak Kompak

Ia melihat perbedaan Presiden dan Wapres dalam menyikapi kasus penangkapan dan penahanan penyidik KPK Novel Baswedan

Penulis: Ferdinand Waskita
zoom-in Politisi Golkar Ini Sebut Jokowi dan JK Tidak Kompak
TRIBUNNEWS.com/HAND OVER
Presiden Joko Widodo didampingi Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani (tengah)memberikan sambutan saat pembagian Kartu Indonesia Sehat (KIS) di SDN 2 Temuwangi Pedan, Klaten, Jawa Tengah, Senin (4/5). Pada kesempatan itu, Presiden secara simbolis menyerahkan sebanyak 532 Kartu Keluarga Sejahtera (KKS), 447 Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan 1.646Kartu Indonesia Sehat (KIS) untuk wilayah Temuwangi. (TRIBUNNEWS/HO) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Anggota Komisi III DPR Bambang Soesatyo menilai Presiden Joko Widodo berpotensi menjadi sumber ketidakpastian, jika konsolidasi pemerintahan sekarang ini tak kunjung selesai.

Ia melihat perbedaan Presiden dan Wapres dalam menyikapi kasus penangkapan dan penahanan penyidik KPK Novel Baswedan.

"Serta perbedaan pandangan soal reshuffle kabinet menjadi bukti konsolidasi pemerintahan ini masih jauh dari harapan," kata Bambang melalui pesan singkat, Rabu (6/5/2015).

Beruntung, kata Bambang, kisruh Polri dan KPK telah reda.

Paling tidak, lanjutnya, kekisruhan yang menimbulkan ketidakpastian itu telah hilang.
Sebab, ketika perekonomian nasional sedang mengalami pelambatan seperti saat ini, dibutuhkan suasana kondusif agar pemulihan bisa terwujud.

Selain perbedaan pandangan dua pemimpin negara itu dalam kasus Novel Baswedan, Sekretaris Fraksi Golkar itu juga melihat berulangnya kisruh Polri dengan KPK itu sendiri yang menimbulkan pertanyaan seputar kapabilitas kedua pemimpin mengendalikan institusi negara.

"Muncul kesan bahwa kedua pemimpin tampaknya masih harus bersusah payah untuk sekadar mewujudkan harmoni antara Polri dengan KPK," imbuhnya.

Berita Rekomendasi

Kemudian, kata Bambang, perbedaan pandangan soal reshuffle kabinet antara presiden dan wapres juga nyaris memperkuat kesan ketidakkompakan tersebut.

Bambang mengungkapkan banyak orang harus dan terpaksa mengernyitkan dahi ketika Presiden Jokowi dan Wapres JK berbeda, baik soal reshuffle maupun dalam menyikapi kasus penangkapan dan penahanan Novel Baswedan oleh Polri.

"Sementara Presiden minta agar Novel tak harus ditahan, Wapres justru membuat pernyataan bernuansa bisa memaklumi langkah Polri. Sudah barang tentu perbedaan sikap ini tak hanya menyedot perhatian publik, melainkan juga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan yang sangat spekulatif," katanya.

Kalau perbedaan seperti ini terjadi berulang-ulang, Presiden dan Wapres justru menjadi sumber ketidakpastian itu sendiri.

"Semoga, insiden seperti itu tidak terjadi lagi. Karena itu, sangat penting bagi presiden dan Wapres merampungkan konsolidasi pemerintahan sekarang ini," tuturnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas