Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Usia 13 Tahun, Try Sutrisno Sudah Dipercaya Jadi Anggota Intelijen

Try menceritakan hal tersebut saat menjadi‎ pembicara‎ 'Supermentor Leaders' yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI).

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Usia 13 Tahun, Try Sutrisno Sudah Dipercaya Jadi Anggota Intelijen
Danang Setiaji Prabowo/Tribunnews.com
Try Sutrisno 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - ‎Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno ternyata bagian dalam organ intelijen dalam usia 13 tahun.

Try menceritakan hal tersebut saat menjadi‎ pembicara‎ 'Supermentor Leaders' yang digelar Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Djakarta Theatre, Jakarta, Minggu (17/5/2015).‎

Mantan Panglima ABRI itu menuturkan pada tahun 1948 dengan usia yang baru berusia 13 tahun, dirinya belum dapat mendaftar sebagai tentara. Tetapi, ia tetap berjuang melawan penjajah.

Akhirnya, Try kecil dipercaya masuk dalam unit batalyon tentara dengan dipercaya menjabat sebagai penyelidik. "Jadi organ intelejen," ujar Try.

Tugas Try, menyusup kedalam wilayah pendudukan Belanda dengan membawa dokumen penting. Saat itu Kota Surabaya masih diduduki penjajah Belanda. Try harus membawa dokumen untuk diserahkan kepada kelompok pejuang disana dan kembali dengan membawa obat. "Untuk suplai kesehatan, dibutuhkan penicillin," katanya.

Try mengaku tidak mudah menyusup kedalam area penjajah dengan masuk garis status quo batas RI‎-Belanda. Ia pun mengembangkan siasat. Bila melewati jalan utama, maka Try akan tertangkap musuh. Akhirnya, ia melalui area persawahan Indonesia dan muncul didaerah lawan. Sampai didaerah penjajah, Try mendatangi keluarga keturunan Cina yang loyal terhadap perjuangan Indonesia.

"Kita diberi bekal dan uang. Dokumen dibawa, dan kembali berulang lagi dengan resiko tertangkap patroli belanda, biasanya dibakar oleh Belanda. Kejamnya waktu itu," katanya.

Berita Rekomendasi

Try berhasil hingga lima kali memasuki wilayah Belanda. Bahkan, ia membawa ibunda dan diknya ke Surabaya untuk mengetahui kondisi tempat tinggalnya.

"Setelah pengakuan kedaulatan, saya balik ke kota, melanjutkan sekolah lagi, saya telat tiga tahun karena enggak sekolah, untuk berjuang," imbuhnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas