Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Di Hadapan BJ Habibie dan Try Sutrisno, Xanana Mengaku Tidak Simpan Dendam

Saat ditangkap di sebuah rumah, Xanana hanya mengenakan celana pendek. Ia pun tidak memberikan perlawanan

zoom-in Di Hadapan BJ Habibie dan Try Sutrisno, Xanana Mengaku Tidak Simpan Dendam
TRIBUN/DANY PERMANA
Presiden Timor Leste Xanana Gusmao berbincang dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungannya di Istana Negara RI, Jakarta, Rabu (20/3/2013). Sebelumnya kedua pimpinan negara tersebut juga menghadiri Jakarta Internastional Defense Dialogue (JIDD). TRIBUNNEWS/DANY PERMANA 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pada tahun 1992 lalu, Xanana Gusmao sempat ditangkap oleh anggota Kopassus TNI AD, di Dili, Timor-Timor yang saat itu masih merupakan bagian dari wilayah Indonesia.

Saat ditangkap di sebuah rumah, Xanana hanya mengenakan celana pendek. Ia pun tidak memberikan perlawanan.

Setelah ditangkap, dalam keadaan terborgol Xanana kemudian disambangi Jendral (purn), Try Sutrisno yang saat itu masih menjabat sebagai Panglima TNI saat itu.

Keduanya pun sempat berbincang-bincang dengan disaksikan sejumlah wartawan. Xanana kemudian dipenjara selama 7 tahun, sebelum kembali ke Timor Leste.

Kini setelah sekitar 23 tahun berlalu, Xanana kembali mengenang peristiwa tersebut. Presiden Pertama Timor Leste itu menuturkan hal itu dalam diskusi yang dipandu mantan Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patijalal di acara "Supermentor 6: Leader," di Djakarta Theatre, Jakarta Pusat, Minggu, (17/5/2015).

Di acara tersebut selain Try Sutrisno, juga hadir Danjen Kopassus TNI, Mayjend Doni Monardo. Dalam operasi penangkapan Xanana, Doni merupakan salah satu perwira Kopassus yang berpartisipasi.

Mantan wartawan dan pemain sepakbola itu mengingat, dalam pertemuannya dengan Try Sutrisno keadaan tangannya terborgol. Try Sutrisno kemudian memerintahkan anggota TNI yang menjaga Xanana, untuk melepaskan borgol tersebut, dan memberikan kesempatan bagi Xanana untuk berbicara.

BERITA REKOMENDASI

"Bagaimana pak Try bicara pada saya, membuat saya juga merasa confindance (percaya diri), suasananya rileks (tenang). Saya merasa, orang ini orang, manusia," jelasnya.

Pada tahun 1999 lalu, Timor-Timor melepaskan diri dari pangkuan ibu pertiwi. Saat itu Indonesia berada di bawah kepemimpinan Presiden ke-3 Baharudin Jusuf Habibie yang juga hadir sebagai pembicara dalam forum tersebut.

Seiring dengan lepasnya Timor-Timor, kasus pelanggaran HAM yang dilakukan TNI sejak puluhan tahun di tanah Timor Leste itu mulai diungkap. Bahkan TNI dan sejumlah pihak terancam diseret diadili di pengadilan HAM internasional. Namun hal itu urusng terjadi, salah satunya karena hubungan baik Indonesia dan Timor Leste bisa tetap terjaga hingga kini.

Xanana mengakui hal itu bisa terjadi juga karena dirinya tidak menyimpan kebencian akan Indonesia. Ia mengakui sudah belajar banyak dari konflik di tanah kelahirannya, termasuk saat ia ditangkap oleh penguasa lokal karena masalah politik.

Namun usahanya itu ia akui hanyalah setengah dari upaya keseluruhan. Setengah lainnya kata Xanana dicapai melalui upaya Habibie dan pejabat pemerintah saat itu, yang juga berniat untuk menjaga hubungan baik dengan Timor Leste.


"Ini harus dari dua sisi, apa yang saya buat ini hanya setengah proses, setengahnya milik Indonesia," tuturnya.

Dalam kesempatan itu Xanana juga sempat melontarkan lelucon, bahwa bila Timor Leste gagal merdeka, dan dirinya masih tercatat sebagai warga negara Indonesia, ia menduga saat ini dirinya adalah seorang pedagang es batu.

"Kalau tidak saya dagang es di Tebet, es batu," kata Xanana yang mengundang tawa peserta acara tersebut.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas