Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Peringati 9 Tahun Lumpur Lapindo, Massa Pendemo Datangi Istana Merdeka

Massa terlihat membawa poster berikut spanduk-spanduk itu secara bergantian melakukan orasi yang juga memperingati Hari Anti Tambang (Hantam)

Penulis: Rahmat Patutie
zoom-in Peringati 9 Tahun Lumpur Lapindo, Massa Pendemo Datangi Istana Merdeka
KOMPAS.com/Achmad Faizal
Iring-iringan patung Bos PT Lapindo diarak ke Tanggul Lumpur Sidoarjo. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Puluhan massa yang tergabung dari berbagai elemen masyarakat melakukan aksi solidaritas memperingati sembilan tahun semburan lumpur lapindo di depan Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka, Jakarta Pusat, Jumat (29/5/2015).

Massa terlihat membawa poster berikut spanduk-spanduk itu secara bergantian melakukan orasi yang juga memperingati Hari Anti Tambang (Hantam).

Dalam aksinya, para pemuda yang berasal dari Ternate malakukan Tari Soya-Soya yang merupakan tarian perang asal Maluku Utara.

Tarian tersebut mengisahkan tentang patriotisme pasukan Maloko Kieraha dalam upaya mengusir penjajah dari Maloko Kieraha.

Pementasan tarian itu dijadikan sebagai simbol perlawanan terhadap penjajahan era baru dari sektor pertambangan.

"Lumpur lapindo adalah fakta pengabaian negara terhadap korban penambangan yang terjadi di lokasi pertambangan," kata Aktivis Jaringan Àdvokasi Tambang Bagus Hadi Kusuma.

Dia mengatakan, grup Bakrie juga harus bertanggung jawab terhadap korban lumpur lapindo yang sejak 29 Mei 2006 hingga saat ini menenggelamkan 16 Desa di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.

Berita Rekomendasi

Lumpur Lapindo dianggap kejahatan korporasi. Mereka pun meminta Presiden berpihak pada keselamatan rakyat dengan turut andilnya negara sebagai representasi dari pada rakyat.

Menurutnya, sampai saat ini banyak korporasi pertambangan namun belum ada peran negara.

Ditambahkan dia, sembilan tahun lalu, tepatnya 29 Mei 2006, terjadi semburan pertama lumpur lapindo yang hingga saat ini menenggelamkan 16 Desa di Kabupaten Sidoarjo. Puluhan ribu jiwa dipaksa pindah.

Tags:
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas