Kemenangan Petembak Indonesia di Australia Terus Bergema
Kebanggaan membuncah di dada sebagian besar orang Indonesia.
Editor: Hasanudin Aco
Anehnya, hasil itu tidak secara gamblang dipublikasikan di situs internet Australian Army Skill at Arms Meeting (AASAM) di http://www.army.gov.au. Di situs itu, hasil setiap tahun memang tidak disampaikan rekapitulasinya.
Bahkan, di laman komunitas AASAM 2015 di Facebook tidak ada satu pun foto kontingen Indonesia. Ketika dirunut hingga foto-foto tahun 2014, hanya ada satu foto prajurit TNI AD, setelah deretan foto tentara Timor Leste dan Papua Niugini.
Mayor Warto yang menjadi pelatih tim TNI AD mengatakan, timnya sempat merasa disepelekan oleh tentara dari negara maju. Walaupun Indonesia berkali-kali menjadi juara, tidak semua sikap tentara 14 negara peserta AASAM menyetarakan.
"Mereka di awal seperti menganggap kita tidak ada, ya, menganggap kecil," katanya.
Namun, itu yang memicu kontingen Indonesia yang terdiri dari 14 petembak, 5 pelatih, dan 2 pendamping dari PT Pindad untuk menang.
Sersan Dua Misran, anggota Yonif Linud 328 yang meraih 7 emas dan 1 perunggu, peraih medali emas terbanyak di seluruh AASAM, mengatakan, kesulitan tertinggi dalam lomba itu adalah suhu yang rendah dan angin kencang 12 hingga 14 knot. Misran meraih tiga emas di AASAM 2013 dan empat emas pada AASAM 2014.
Walau demikian, dia mengatakan bangga karena bisa mendominasi lomba walau bersaing dengan prajurit dari negara-negara kuat, seperti AS, Australia, dan Inggris.
"Banyak kesulitan yang kami hadapi di sana, terutama suhu yang sangat dingin dan angin kencang. Namun, kami mampu menjaga konsentrasi dan menunjukkan kemampuan terbaik," tutur Misran.
Serda Juwadi yang meraih dua emas untuk cabang petembak jitu (sniper) mengatakan, sejak awal, dia percaya diri walau dari awal tahu kalau senapan accuracy weapon yang digunakannya kalah canggih dengan senjata para petembak dari negara-negara maju, seperti Australia, AS, dan Inggris.
"Mereka melihat sasaran di teropong masih terang, kita sudah kabur-kabur karena memang versi kita kalah baru," ujar Juwadi dari Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Dalam lomba, Juwadi harus menembak sasaran berjarak 200 meter hingga 1.200 meter. Sasaran bisa tiba-tiba muncul dalam berbagai bentuk, seperti lempengan, dan ia hanya mendapat kesempatan sekian detik untuk menembak dengan jitu. "Lokasi tanding sniper di alam bebas ada gunung dan hutannya juga," katanya.
Senjatanya sempat dicurigai
Kemenangan telak Indonesia sempat membuat Australia, Kanada, dan Inggris curiga dan meminta agar bisa memeriksa senjata-senjata yang digunakan Indonesia. Alasan panitia, senjata yang dipakai berbeda dengan yang ada di situs PT Pindad. Padahal, tidak ada ketentuan kalau senjata yang dibawa harus persis sama dengan yang ada di situs PT Pindad yang memang untuk pemasaran.
"Namun, Kepala Staf TNI AD menolak. Kalau mau diperiksa, harus semua negara. Masak Indonesia saja," kata Panglima Kostrad Letnan Jenderal Mulyono.