Perkumpulan Padmasana Berdayakan Warga Desa Muaro Jambi
Padmasana berperan sebagai agen kampanye pelestarian kawasan, perantara persuasif dalam konflik pemangku kepentingan dengan masyarakat
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak cukup hanya mengajak anak-anak muda melalui Sekolah Alam Raya Muaro Jambi, Mukhtar Hadi, mulai merangkul kalangan yang lebih luas.
Akhirnya, pada tahun 2011, dia mendirikan Perkumpulan Padmasana. Ini merupakan konsorsium dari tiga perkumpulan yang berdomisili di Desa Muaro Jambi, yaitu Saramuja, Dwarapalamuja, dan Macro Film International.
Mukhtar Hadi menjelaskan, Padmasana berperan sebagai agen kampanye pelestarian kawasan, perantara persuasif dalam konflik pemangku kepentingan dengan masyarakat, serta pengamat yang memonitor aktivitas atau perkembangan yang terjadi di kawasan.
“Kunjungan wisatawan meningkat, tetapi ada dampak kerugian. Ini karena mereka dapat merusak situs purbakala. Akhirnya, kami mengadakan event di tempat lain untuk menarik minat mereka,” kata Mukhtar di Gedung Arsip Nasional, Jakarta, Rabu (11/6/2015).
Padmasana dibiayai melalui subsidi silang unit-unit usaha lokal dari keempat stakeholder tersebut. Sebagian besar lewat penyelenggaraan paket tour and guide, jasa pembuatan video dan desain grafis, penjualan souvenir, penyelenggaraan event dan festival rakyat di kawasan Candi Muara Jambi.
“Pendekatan ini memberikan gambaran bahwa kawasan ini mempunyai dampak ekonomi bagi masyarakat. Kami menawarkan jasa kepada pemerintah, seperti pembuatan profil ke Dinas Pariwisata. Kita garap sampai selesai dan menghasilkan,” kata dia.
Menurut Mukhtar, Padmasana berusaha mewujudkan suatu kawasan mandiri, sepenuhnya berbasis masyarakat. Sebab, masyarakat yang sehari-hari bersentuhan dengan kawasan, bertindak sukarela menyelamatkan peninggalan purbakala dengan kawasan, struktur batu (menapo) candi.
Kemudian, menginventarisir dan mendokumentasikan sebagai bukti sejarah, dan mempublikasikannya lewat media sosial atau seminar.
“Kami ingin membuat rumah kearifan lokal. Tetapi, selama ini kendala di fasilitas. Sekarang, kita tetap bergerak saja,” tambahnya.