Wapres JK: Sebagian Besar Umat Muslim Indonesia Kurang Mampu Berniaga
"Kalau ada seratus orang miskin, sembilan puluh persennya itu Muslim. Kalau ada seratus orang kaya, kurang dari sepuluh orang itu Muslim," ujar JK.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Nurmulia Rekso Purnomo
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla menggelar acara buka bersama Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) di Istana Wakil Presiden, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Rabu (8/7/1015).
Dalam acara tersebut hadir Koordinator Presidium KAHMI, Mahfud MD, yang juga merupakan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Ketua DPP Partai Golkar versi munas Bali Akbar Tanjung, Ketua KPU Husni Kamil Manik.
Sejumlah menteri Kabinet Kerja turut hadir di antaranya Menteri Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Andrinof Chaniago, Kepala Badan Pertanahan Nasional, Ferry Mursyidan Baldan, dan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi.
Wapres JK mengingatkan di negara-negara Islam seperti Suriah, Mesir, Irak, Sudan dan Yaman, saat ini tengah dilanda perang. Namun Indonesia yang merupakan negara dengan penduduk Muslim terbesar, bisa bertahan di tengah kedamaian.
Menurut dia salah satu kekurangan umat Islam di Indonesia adalah kurang bisa berniaga. Sehingga dapat dikatakan mayoritas penduduk miskin adalah umat Muslim.
"Kalau ada seratus orang miskin, sembilan puluh persennya itu Muslim. Kalau ada seratus orang kaya, kurang dari sepuluh orang itu Muslim," imbuh politikus senior Partai Golkar itu.
JK menegaskan kesejahteraan merupakan salah satu faktor kuat terciptanya kedamaian. Semakin banyak umat Islam sejahtera, maka potensi konflik antarumat semakin berkurang. Itu terbukti di negara-negara Islam yang tengah berkonflik, di mana masyarakatnya hidup kurang sejahtera sebelum konflik.
Pemerintah tengah berupaya mendongkrak pertumbuhan ekonomi agar jumlah masyarakat sejahtera bisa meningkat. Salah satu upaya tersebut adalah dengan penurunan suku bunga.