Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Komisi VIII DPR: Perbedaan Idul Fitri Bagian Demokrasi Islam

Menurutnya, perbedaan jangan merubah esensi Idul Fitri yang mensucikan.

Penulis: Ferdinand Waskita
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Komisi VIII DPR: Perbedaan Idul Fitri Bagian Demokrasi Islam
TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI
Pengamatan posisi hilal (bulan) menggunakan teleskop di Kantor Gubernur Sumatera Utara, di Medan, Selasa (16/6/2015). Pengamatan hilal untuk menentukan hari pertama puasa oleh Kementerian Agama Sumut tidak bisa melihat hilal karena tertutup awan.TRIBUN MEDAN/RISKI CAHYADI 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Masyarakat diminta tidak perlu mempermasalahkan perbedaan jatuhnya 1 Syawal 1436 Hijriah.

Demikian dikatakan Wakil Ketua Komisi VIII DPR, Sodik Mudjahid ketika dihubungi, Kamis (16/7/2015).

‎Menurutnya, perbedaan jangan merubah esensi Idul Fitri yang mensucikan.

"Soal jatuhnya berbeda, harus diberi penyuluhan kepada umat islam, bahwa itu hal yang biasa. Itu bisa dikatakan sebagai demokrasi dalam umat beragama. Tidak usah jadi masalah," kata Politikus Gerindra itu.

Sodik mengharapkan berbagai organisasi Islam seperti NU dan Muhamadiyah menyosialisasikan perbedaan tersebut.‎ Dimana perbedaan ini bagian dari khasanah islam dalam sistem demokrasi.

Selain itu, Sodik perbedaan hari ini jangan sampai mengganggu esensi dari lebaran. Dimana Idul Fitri adalah sebuah pensucian. "Islam Rahmatan Lilalamin (Rahmat bagi seluruh alam)," katanya.

Sodik juga meminta ormas ormas islam tidak arogan terkait penentuan hari Idul Fitri. Ia berharap semua ormas mengikuti apa yang diputuskan pemerintah.

BERITA REKOMENDASI

"Untuk hal yang begini mereka harusnya ikut kepada pemerintah dan ormas-ormas lain. Untuk menunjukkan sisi lainnya. Yaitu persatuannya," kata Sodik.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas