PGLII: Penembakan Terhadap 12 Umat GIDI Terjadi Sebelum Pembakaran
Persekutuan Gereja - Gereja dan Lembaga - Lembaga Injili Indonsia (PGLII) meluruskan kronologis kejadian
Penulis: Eri Komar Sinaga
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persekutuan Gereja - Gereja dan Lembaga - Lembaga Injili Indonsia (PGLII) meluruskan kronologis kejadian keributan berimbas perusakan rumah ibadah agama Islam di Karubaga, Tolikara, Papua.
Ketua Umum PGLII, Pdt Ronny Mandang, mengatakan berdasarkan keterangan yang mereka himpun, keributan tersebut dipicu karena adanya tembakan saat umat Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Papua mediasi dengan warga Islam setempat.
Sebelum peristiwa keributan tanggal 17 Juli 2015, GIDI mengeluarkan surat edaran dari GIDI agar tidak ada kegiatan ibadah agama lain selama 13-19 Juli 2015. SE tersebut lantaran GIDI akan melangsungkan seminar internasional dan kebaktian kebangunan rohani (KKR).
Tanggal 17Juli 2015 waktu pagi, kemudian terdengar suara melalui pengeras suara (speaker) dari Musala tersebut bertepatan dengan salat Idul Fitri umat Islam.
Kata Ronny, jemaat GIDI kemudian mendatangi sumber suara tersebut untuk berdialog bahwa mereka telah mengeluarkan SE agar tidak ada pelaksanaan ibadah seperti dalam SE.
"Pada waktu mereka mendatangi, berdialog, berbicara, pada waktu yang bersamaan itu terdengar suara tembakan. Pada waktu yang sekejap 12 orang roboh, satu diantaranya meninggal," kata Ronny saat memberikan keterangan pers di kantor Pesekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Salemba, Jakarta, Sabtu (18/7/2015).
Munculnya suara tembakan tesebut, mengagetkan GIDI sehingga berujung pada kekerasan.
"Peristiwa itu kemudian mengacaukan teman-teman atau saudara-saudara kita dari DIDI dan kemudian berdampak pada pembakaran-pembakaran seperti yang kita dengar," ungkap Ronny.
Ronny pun membantah penembakan terhadap umat GIDI tidak berlangsung saat terjadi pembakaran.
Ronny kembali mengulangi bahwa penembakan terjadi saat mediasi antara GIDI dan umat Islam sedang berlangsung.
"Jadi perlu kami luruskan juga bahwa penembakan itu tidak terjadi pada saat mereka melakukan pembakaran tetapi justru terjadi sebelum itu. Pada saat mereka menyampaikan aspirasi waktu itu lah terdengar ada letusan dan 12 orang jadi korban," tutur Ronny.
Ronny sendiri menyesalkan pendekatan keamanan yang langsung melepaskan tembakan. Harusnya, lanjut dia, mediasi dilakukan melalui dialog dari hati ke hati.
Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) sendiri terhimpun dalam PGLII. Walau menjadi anggota PGLII, Ronny mengaku sangat tidak setuju terhadap SE GIDI yang melarang kegiatan ibadah agama orang lain.
Ronny mengaku tidak tahu ada SE yang dikeluarkan GIDI. Mereka baru tahu ada SE tesebut pascakejadian tersebut.
"Kalau sampai di tangan kami (sebelum kejadian), tentu kami tidak setuju seperti itu. Surat Edaran itu tidak mewakili kami dan umat Kristen di Indonesia," tukas Ronny.