Tangisan Gus Mus Luluhkan Hati Ribuan Muktamirin
Semuanya menyampaikan keprihatinan dan menyepakati beberapa poin sebagai pedoman muktamar, khususnya terkait pemilihan Rais Aam.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG -- Pelaksanaan Muktamar NU ke-33 Jombang kembali kondusif dan berjalan lancar, setelah sebelumnya sempat terjadi deadlock.
Ini setelah Rais Aam PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus) menangis di hadapan ribuan muktamirin, yang mengikuti sidang pleno I membahas tata tertib (Tatib) muktamar, Senin (3/8/2015) siang.
Memakai baju putih, sarung putih, dan sorban putih, deraian air mata Gus Mus tak kuasa dibendung, saat dia menyampaikan hasil pertemuan dengan Kiai Sepuh NU non struktural, Syuriah PBNU, dan Rais Syuriah PWNU se-Indonesia, yang selama hampir tiga jam digelar di rumah dinas Sekkab Jombang, yang lokasinya berada di timur arena muktamar.
Forum mediasi atau tabayyun itu digelar, menyikapi deadlock-nya pembahasan pasal 19 draft tatib, yang berisi apakah pemilihan Rais Aam dilakukan secara musyawarah mufakat melalui sistem ahlul halli wal aqdi (Ahwa). Karena terjadi pro-kontra, antara kubu yang setuju Ahwa dan yang menolak.
Para Kiai Sepuh yang hadir dalam forum mediasi yang dipimpin Gus Mus, antara lain, KH Muchit Muzadi, KH Mas Subadar, KH Huda Djazuli, KH Nawawi Abdul Jalil Sidogiri, KH Anwar Mansyur, KH Ma'ruf Amin, dan sejumlah Kiai Sepuh lainnya.
Menurut Gus Mus, para Kiai Sepuh dan Syuriah NU berkumpul setelah mempelajari situasi bahwa pelaksanaan muktamar mulai tidak kondusif. Semuanya menyampaikan keprihatinan dan menyepakati beberapa poin sebagai pedoman muktamar, khususnya terkait pemilihan Rais Aam.
"Apabila ada pasal yang belum disepakati dalam pasal tentang pemilihan Rais Aam, maka akan dilakukan pemilihan suara oleh para Rais Syuriah," tegas Gus Mus, dengan suara terbata-bata. Ribuan muktamirin yang hadir terdiam semua. Sunyi senyap dan khidmat langsung mewarnai muktamar.
Mekanisme tersebut, lanjut Pengasuh Ponpes Raudlatuth Thalibin, Rembang, Jawa Tengah ini sesuai dengan AD/ART NU.
Untuk itu, dirinya berharap Rais Aam dipilih secara musyawarah mufakat. Tapi kalau tidak bisa, dilakukan pemungutan suara oleh Rais Syuriah.
"Pada pemilihan Rais Aam inilah, para Kiai akan memilih Imam Kiai," tegasnya.
Untuk itu, pihaknya, kata Gus Mus memberikan kewenangan sepenuhnya kepada muktamirin untuk menentukan pilihan.
"Kalau Anda tidak sepakat, silahkan," imbuhnya.
Mendengar itu, pimpinan sidang pleno Slamet Effendy Yusuf, langsung menawarkan kepada muktamirin dan semuanya kompak menyatakan persetujuannya.
"Dengan begitu, fatwa Rais pengganti pasal 19 tatib," tegasnya.