Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gus Mus Pamit dan Minta Maaf Lewat SMS

Mantan Rais Aam PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus) pamitan kepada para pengurus PB Nahdlatul Ulama periode 2010-2015.

Editor: Sugiyarto
zoom-in Gus Mus Pamit dan Minta Maaf Lewat SMS
net
Syaifullah Yusuf 

TRIBUNNEWS.COM, JOMBANG - Mantan Rais Aam PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus) pamitan kepada para pengurus PB Nahdlatul Ulama periode 2010-2015.

Pamitan tersebut disampaikan oleh Gus Mus melalui pesan pendek atau SMS.

Selain pamitan usai mengemban amanat sebagai Rais Aam, Gus Mus yang menjadi Penanggung Jawab Utama Muktamar NU ke-33 juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada panitia atas sukses dan lancarnya pelaksanaan muktamar yang berlangsung 1 - 5 Agustus 2015 lalu.

Ketua Panitia Daerah Muktamar NU ke-33 Jombang Saifullah Yusuf mengatakan, SMS dari Gus Mus yang berpamitan sekaligus memberikan apresiasi tersebut dikirimkan kepadanya, Jumat (7/8/2015) pukul 13.18.

"Habis Jumatan tadi pesan Beliau saya terima. Dan saya langsung terharu usai membacanya," ujarnya, kepada Surya.

Isi lengkap pesan pendek Gus Mus yang dikirim ke Gus Ipul:

"Assalamualaikum warahmatuLlähi wabarakätuH. Aku pamit. Njaluk ngapura yèn ono keluputanku. Salut kerja Sampeyan untuk NU. Mugo-mugo kecatet amal salehmu."

Berita Rekomendasi

Mendapat SMS demikian dari Kiai Sepuh NU ini, Gus Ipul langsung membalasnya, "Amin. Kulo enggih nyuwun agunge pangapunten".

Menurut Gus Ipul, sikap yang ditunjukkan Gus Mus baik sebelum, ketika berlangsung, maupun usai pelaksanaan Muktamar NU ke-33 harus ditiru dan diteladani oleh semua warga Nadliyin, khususnya para Kiai, Ulama, dan tokoh NU.

Meski sudah ditetapkan sebagai Rais Aam Syuriah PBNU, Gus Mus tetap memilih mundur, karena takut dipahami salah oleh umat, khususnya warga Nahdliyin.

"Gus Mus adalah contoh orang yang tidak mencari jabatan. Malah jabatan yang mengejar. Inilah contoh ulama dan kiai sejati NU yang harus ditiru oleh semua warga Nahdliyin," tegas Wakil Gubernur Jatim ini.

Hal itu dinilai penting karena saat ini banyak orang yang salah memahami pengabdian di NU. Aktif di Jamiyah NU itu mestinya murni untuk pengabdian dan bukan untuk mencari jabatan.

"Itu inti berkhidmat ke NU," tandas mantan Ketua PBNU ini.

Bahkan jauh sebelum Gus Mus menolak jabatan Rais Aam, beberapa Kiai NU lainnya juga pernah menolak jabatan tertinggi tersebut saat ditawari muktamirin yang hadir dalam Muktamar NU.

Misalnya saat Muktamar Situbondo, KH As'ad yang ditunjuk menjadi Rais Aam tidak mau. Demikian juga dengan Kiai Mahrus Ali. Akhirnya yang memegang amanat KH Achmad Sidiq.

"Tapi yang terjadi sekarang ini, ada yang ingin mengejar jabatan itu (Rais Aam)," sindir Gus Ipul secara halus.

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas