Pulihkan Ekonomi, Pemerintah Ditantang Keluarkan Kebijakan Tak Populer
Ketua Umum BPP Hipmi Bahlil Lahadalia menantang pemerintah berani mengambil kebijakan yang dapat memulihkan perekonomian
Penulis: Edwin Firdaus
Editor: Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum BPP Hipmi Bahlil Lahadalia menantang pemerintah berani mengambil kebijakan yang dapat memulihkan perekonomian, meski kebijakan tersebut kemudian tidak populer.
Misalnya masalah pertambangan, kepastian hukum, serapan anggaran, ketatnya regulasi di perikanan, hambatan-hambatan ekspor, dan fiskal.
"Di sektor-sektor ini harus dideregulasi atau pelonggaran, relaksasi dan sejenisnya. Yang terjadi sekarang terjadi pengetatan dimana-mana. Mana ada investor berminat," kata Bahlil di Jakarta, Minggu (30/8/2015).
Bahlil mengatakan, faktor ini yang memperkuat ekspektasi akan perlambatan ekonomi nasional sehingga pasar masih melihat fundamental ekonomi Indonesia masih melemah ke depan. Bahlil menilai meski pasar global bergejolak, semestinya perekonomian masih dapat tertolong dengan memperkuat dan menjaga pasar domestik. Pasalnya, pasar domestik ukurannya sangat besar dan terbukti mampu menopang perekonomian saat krisis keuangan pada 2008.
"Masalahnya pasar domestik ini tidak terjaga dan ikut melemah dari sisidemand. Apalagi belanja modal pemerintah sangat lambat," ujarnya.
Hipmi percaya bila ada terobosan baru maka kebijakan itu akan memberi sentimen positif bagi pemerintah. Kata Bahlil perekonomian nasional hanya dipengaruhi dua hal pertama, kondisi pasar global secara eksternal dimana semua negara yang terintegrasi dalam perekonomian global ikut terkoreksi dan kedua penguatan fundamental ekonomi Indonesia di sektor riil.
"Yang pertama bukan kedaulatan ekonomi kita (economic sovereignty) dan kedua dalam kedaulatan ekonomi kita. Kita konsen saja urus yang di dalam, fundamentalnya diperbaiki," kata Bahlil.