PGI Ajak Masyarakat Mendoakan Pengungsi dan Perubahan Iklim
Persatuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), mengajak masyarakat untuk mendoakan para pemimpin dunia
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), mengajak masyarakat untuk mendoakan para pemimpin dunia yang mengikuti sidang umum Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), agar mereka memperhatikan masalah-masalah kemanusiaan yang saat ini terjadi, dan mengambil tindakan.
Kepala Humas PGI, Jeirry Sumampow, dalam siaran pernya yang diterima TRIBUNnews.com, menyebut masalah kemanusiaan yang saat ini menjadi perhatian dunia dan tidak bisa diabaikan, salah satunya adalah gelombang pengungsi dari negara-negara berkonflik seperti Suriah menuju wilayah Eropa.
Para pengungsi terpaksa menempuh perjalanan jauh nan berbahaya, untuk menghindari konflik di tanah air mereka.
Demi harapan akan kehidupan yang lebih baik, mereka mengungsi ke wilayah Eropa, dan dalam perjalanannya tak jarang ada yang meninggal.
Selain itu mereka pun kerap mendapat perlakuan buruk dari otoritas keamanan sejumlah negara, yang melarang mereka untuk masuk.
"Masalah pengungsi adalah masalah kemanusiaan. Para pemimpin Uni Eropa harus menyambut mereka dan memperlakukan mereka sebagai manusia. Begitu juga negara-negara Arab, Jangan diam melihat tetangga yang menderita," katanya.
Selain itu PGI juga mengajak masyarakat untuk mendoakan para pemimpin dunia, agar mau memperhatikan soal perubahan iklim.
Masalah akan berdampak kepada sumberdaya pendukung keberlangsungan hidup manusia. Sumber air dan sumber pangan terancam terganggu.
"Di seluruh belahan dunia, iklim sudah hampir tidak bisa diramalkan lagi. Bencana alam timbul di mana-mana. Dampak dari perubahan iklim telah dirasakan oleh negara-negara, komunitas dan ekosistem dengan ketahanan yang rendah," ujarnya.
PGI juga mengajak masyarakat untuk mendoakan pemimpin dunia, agar memperhatikan sistem ekonomi yang telah menyebabkan dominasi kelompok tertentu, dan menyebabkan negara-negara tertentu sulit berkembang.
Kemiskinan yang tercipta dari sistem tersebut, telah menyuburkan kebencian, dan memicu perlawanan.
"Sistem ekonomi yang berangkat dari etos keserakahan terbukti telah memproduksi tindakan permusuhan dengan mencari pembenaran di dalam pendasaran agama, kemiskinan mengancam perdamaian dan keamanan," ujarnya.
Dengan doa tersebut, diharapkan para pemimpin dunia mau mengambil sikap, sehingga permasalahan-permasalahan tersebut bisa selesai. Dengan demikian, akan tercipta kehidupan yang lebih baik bagi semua umat manusia.
"Kami berdoa semua bangsa-bangsa di dunia berkomitmen menjadikan dunia yang satu ini sebagai rumah bersama yang nyaman dan aman bagi umat manusia dan semua mahluk," katanya.