Putri Pahlawan Revolusi Ahmad Yani: Misi Kami Anak-anak Pahlawan Revolusi dan PKI adalah Misi Damai
Misi kami anak-anak forum putera-puteri Pahlawan Revolusi dan keluarga PKI dan semua yang ada di FSAB adalah misi damai.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Putri Pahlawan Revolusi Ahmad Yani, Amelia Yani menegaskan misi damai kini disuarakan terus oleh keluarga para jenderal yang menjadi korban peristiwa 30 September maupun para keluarga PKI.
Termasuk kata Amelia, para keluarga lain dari peristiwa masa lalu sudah berhimpun dalam Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB).
"Misi kami anak-anak forum putera-puteri Pahlawan Revolusi dan keluarga PKI dan semua yang ada di FSAB adalah misi damai. Kami cinta damai," tegas Amelia kepada Tribun, Rabu (30/9/2015) melalui sambungan telepon.
Di Forum bersama itu, kata Puteri Ahmad Yani ini, duduk bersama membangun dan menjalin perdamaian bagi bangsa dan negara ini.
Dalam forum ini pula, semua anggota menjadi ujung tombak rekonsiliasi dan damai.
"Misi kami adalah misi damai. Bukan buat konflik baru," tandasnya.
Hal senada juga disuarakan oleh Putra Keempat tokoh PKI DN Aidit, Ilham Aidit.
Ia menuturkan, para keluarga baik dari kelarga para jenderal yang menjadi korban peristiwa 30 Septermber maupun para keluarga PKI, termasuk para keluarga lain dari perisiwa masa lalu sudah berhimpun dalam Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB).
Forum ini, Ilham ini menjelaskan mereka yang tergabung dalam forum ini menjadi ujung tombak rekonsiliasi
"Motto kami, tidak mewariskan konflik dan membuat konflik baru. Intinya begini. kalau para orang tua berkonflik, anak-anaknya tak perlu berkonflik. Konflik itu jangan pernah diwariskan, itu kesepakatan kami," kata Ilham saat berbincang dengan tribun melalui telefon, Rabu (30/9/2015).
Ilham kemudian curhat dalam kesehariannya, sebagai anak tokoh PKI. Meski Peraturan Menteri Dalam Negeri tahun 1981 sudah dicabut Ilham mengaku kerap mendapatkan tindakan diskriminatif.
"Misalnya, kami yang tua-tua kumpul-kumpul kemudian digrebek oleh ormas saat kami ingin menerbitkan buku yang ditulis oleh kawan-kawan tua Lekra. Mereka kerap menulis buku, tapi kerap digrebek dan diminta untuk tidak diterbitkan. Jadi, meski peraturan perundangan sudah dicabut, tapi masih ada resistensi masyarakat," cerita Ilham.
"Saya bergaul dengan masyarakat biasa saja. Akan tetapi dengan beberapa ormas, yang membuat kami terhalang dalam melakukan kegiatan," ujar Ilham yang kini mengaku berusia 55 tahun.