Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ferry Sarankan Pagar Kantor di Jalan Protokol Jakarta Mundur 4,5 Meter

Ferry Mursyidan Baldan mengatakan, permasalahan utama di DKI Jakarta ialah kemacetan.

Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
zoom-in Ferry Sarankan Pagar Kantor di Jalan Protokol Jakarta Mundur 4,5 Meter
ist
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Ferry Mursyidan Baldan 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Ferry Mursyidan Baldan mengatakan, permasalahan utama di DKI Jakarta ialah kemacetan.

Posisi Jakarta sebagai ibukota negara seharusnya menjadi panutan dan contoh bagi daerah lain. Untuk itu dirinya menyarankan agar pejalan kaki diutamakan.

"Kami ingin Jalan Letjen S Parman, Gatot Subroto dan Jalan Sudirman-Thamrin seluruh pagar perkantoran dimundurkan 4,5 meter, supaya jadi pedestarian. Bagaimana caranya kita cari cara, ibukota jadi contoh," kata Ferry dalam sambutan di workshop integrasi tata ruang dan pertanahan di Hotel Ayodya Bali, Selasa (3/11/2015).

Ferry mengaku sudah berulang kali menyampaikan pendapatnya kepada Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok soal hal tersebut.

"Saya sedang cari cara dan kami akan berusaha," kata Ferry.

Lebih lanjut dirinya juga menyoroti persoalan kemacetan di pusat kota Jakarta. Seharusnya kata Ferry, jalan tol dalam kota ke arah Bandara Soekarno-Hatta hanya ada satu pintu keluar.

"Kita harus berpikir out of the box, kalau mau memperlancar seluruh exit pintu keluar dan masuk dari Semanggi sampai bandara tutup. Jalan biasa macet, tol juga macet. Kalau itu dilakukan pasti tol lancar, pengguna mobil beputar jauh sedikit nga apa-apalah. Kan naik mobil," katanya.

Berita Rekomendasi

Menurutnya hal inilah yang membuat lalulintas di Jakarta disebut kejam. Setiap orang kata Ferry akhirnya berpikir untuk memiliki mobil. Cara berpikir yang demikian disebutnya salah kaprah.

"Bayangin aja ada orang nyebrang diklakson-klakson, jadi rusak alam pikiran kejiwaan kita. Sesungguhnya tata ruang jadi lokomotif dan navigasi, kita ingin negara punya masa depan. Sehingga ketika saat ini saja sumpek, apalagi nanti anak cucu kita," katanya.

Ferry menyebutkan, pihaknya masih berusaha membantu memecahkan permasalahan di Jakarta.

"Salah satunya adalah tadi, ruas jalan tidak memungkinkan ditambah, sementara volume kendaraan terus bertambah, gimana caranya?" kata Ferry.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas